Kamis, 31 Desember 2015
Braaaakkk!! Terdengar suara yang sangat keras diseberang jalan.
Sontak aku langsung lari menuju suara itu. Semoga
bukan dia ya Tuhan, batinku. Aku lari, dan tempat itupun sudah banyak orang
yang berkerumun.
“Kakaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk” Jeritku.
Akupun terbangun dari tidurku. Mimpi yang sama lagi.
Ku lihat jam yang bergantung di dinding kamarku, pukul 02.00. aku bangun dari
tempat tidurku, dan menuju ke toilet yang berada dikamarku. Ku basuh wajahku,
lalu menuju ke dapur untuk minum. Aku duduk diruang makan, sambil mengambil
segelas air putih. Kenapa mimpi itu
sekarang sering datang? Apa itu suatu pertanda? Atau cuma mimpi buruk? Aku
menggeleng-gelengkan kepalaku, dan menepuk-nepuk wajahku.
“Aaah tidak, semoga hanya mimpi.” Sergahku.
Setelah mimpi buruk itu, sampai paginya aku tidak bisa
tidur. Sudah pukul 05.30 kuputuskan untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.
“Pagi sayang.” Sapa mama sembari mengecup keningku.
“Ehmmm, pagi mama.” Jawabku dengan suara yang lemas.
“Kamu kenapa sayang? Gak enak badan? Kok pucat gini
wajah kamu?”
“Riri gak apa-apa kok mah, Cuma gak bisa tidur aja
semalam. Papa kemana mah? Tumben belum turun.”
“Ooh, papa masih dikamar, masih siap-siap. Beneran gak
apa-apa sayang?” tanya mama memastikan.
“Iya mah, Riri gak apa-apa kok mah.” Jawabku dengan
senyuman yang lebar. Maaf mah, Riri
bohong.
Setelah aku dan papa selesai makan, kami langsung
berangkat ke sekolah bersama-sama. Kali ini aku nebeng papa, hehe si Rered
masih dalam masa penyembuhan. Setengah jam pun berlalu, aku sudah tiba di depan
gerbang sekolah.
“Riri masuk dulu ya pah”
“Iya sayang, hati-hati”
“Iya pah.. bye papa.”
Akupun turun dari mobil dan bergegas menuju ruang
kelasku yang berada di lantai 2. Yeps, kelas XI Bahasa. Aku berjalan menyusuri
lorong kelas, menaiki tangga permanen. Sayangnya gak ada lift ataupun eskalator
disini.
“Yuhuuuu.... Ohayou gozaimasu Hikaru Yuri.” Sapa
seseorang dari kejauhan.
Kalian tau dia siapa? Suara yang cempreng, setiap
teriak bikin telinga hampir pecah. Yups, sudah pasti si Melly. Eeiitttsss bukan
Melly yang musisi itu lo ya, jangan salah tebak. Kalau Kak Melly yang itu
(musisi) udah pasti suaranya enak di denger, kalau yang ini beeuuuhh... Tutup
telinga kalian ya. Sorry ya Mel, hihi. Dia salah satu temenku dikelas, yaa
cukup dekat sih kita berdua.
“Sejak kapan lu belajar bahasa Jepang kek gitu Mel?”
“Sejak deket ame elu lah Ri, kan gue juga pengen
belajar begituan Ri.”
“Mel, Mel. Gue aja dirumah gak pernah ngomong pake
bahasa Jepang sama mama dan papa. Lebay luu ah.” Timpalku sambil meninggalkan
Melly.
“Ahh.. Riri mah gitu orangnya.” Teriak Melly.
Jam pelajaran pun berlalu, sudah pukul 13.30 ternyata.
Sudah waktunya pulang, namun aku dan Melly memutuskan untuk pergi ke
perpustakaan mencari materi untuk presentasi Bahasa Inggris minggu depan.
Setelah mengumpulkan beberapa materi, aku dan Melly pun segera pulang. Dan kali
ini ganti aku yang nebeng ke Melly. Setelah sampai rumah, Melly pun langsung
tancap gas motornya menuju ke perumahan Griya Cahaya. Yak, that’s right! Itu rumahnya
si Melly.
****
Kriiiiiing
kriiiiing kriiing. Alarm pun berbunyi, udah weekend aja nih. Pagi weekend,
apa kabar weekend? Hoaamp, rasa kantuk masih membuat mata ini enggan melek. Kutarik
selimut lagi, maksudnya mau nambah jam tidur gitu. Tapi, saat mau tidur aku
baru ingat ada janji sama Miss cempreng, hmm tau kan maksudnya siapa? Tebak
sendiri ya reader. Ku urungkan niatku untuk menambah jam tidur, kurapihkan
kamar tidurku dan cuuss mandi.
Setelah selesai prepare, aku turun
ke ruang makan untuk sarapan pagi. Hari ini gak makan nasi dulu deh, bukannya
mau diet sih cuma lagi males makan aja. Ku ambil susu coklat kesukaanku yang
sudah tersedia dimeja makan.
“Ohayou okaasan, otousan.” Sapaku
pada mama dan papa.
“Ohayou Riri chan, gimana tidurnya?
Nyenyak?” tanya papa.
“Nyenyak banget pah, akibat kemarin
banyak kegiatan kali ya pah?” Jawabku.
“Haha kamu itu, kalau udah banyak
kegiatan udah lupa istirahat. Hari ini mau kemana? Pagi-pagi udah rapih, hmmm..
udah wangi lagi. Mau kencan ya?” Tanya papa sembari tertawa kecil.
“Kencan? Iya pah, abis ini mau
kencan sama si Cempreng.” Jawabku sedikit ketus.
“Si Cempreng? Temen kamu yang kapan
hari main kesini? Siapa namanya? Papa lupa.”
“Si Melly pah. Lucu deh pah dia,
masa iya beberapa hari yang lalu dia nyapa pake bahasa Jepang. Dia bilang mau
belajar bahasa Jepang setelah kenal Riri pah, tapi Riri gak yakin deh alasan
dia kayak gitu.” Ceritaku pada papa.
“Ya udah, sana berangkat. Tuh si
Rered kamu udah siap. Kemarin udah diambil sama Pak Budi. Inget, hati-hati lo
naik motornya. Jangan sampe jatuh lagi. Ngerti?”
“Iyaaa papa, makasih papa sayang.”
Aku memeluk papa dan mencium pipinya.
“Riri berangkat dulu ya pah, mah.
Byeee....”
Tok tok tok. Ku ketuk pintu, dan Bi Inah yang muncul di balik
pintu.
“Pagi Bi Inah.” Salamku pada bi Inah.
“Eeeh non Riri, pagi juga non. Ayo non masuk. Nyari
neng Melly non?” tanya bi Inah.
“Iya bi, Melly dimana bi?”
“Ada dikamarnya non, langsung aja kesana non bibi
siapkan minum dulu ya non. Mau minum apa non?
“Ehmm terserah deh bi, aku langsung kesana ya bi?”
“Mangga atuh non.” Bi Inah mempersilahkanku, lalu
menuju ke dapur.
Kususuri rumah Melly itu dan menuju ke lantai 2 dimana
kamar Melly berada. Ku lihat di sebelah kamar Melly banyak terdapat
lukisan-lukisan yang indah, ditambah dengan foto-foto Melly, keluarganya
ataupun adiknya si Aga. Kupandangi dari dekat, terdapat juga beberapa
layang-layang yang mungkin itu punya Aga dan layang-layang itu sukses membuatku
sedikit merinding. Ku berbalik arah dan menuju kamar Melly.
Tok tok tok.”Mel, gue udah dateng nih.” Kataku.
“Masuk aja Ri, pintunya gak gue kunci kok.” Sahut
Melly dari dalam.
Kubuka pintu kamar Melly, daaannn.....
“Oh God, apa-apaan lu Mel? Gue dateng kesini
pagi-pagi, eeh elu malah masih dibawah selimut aja. Buruan bangun Mel.” Suruhku
sambil menarik selimut Melly.
“Masih ngantuk gue Ri, siniin aah selimut gue.”
Rampasnya dari tanganku.
“Eh, elu tu ya.. emang lu habis begadang semalem? Elu
kan gak kuat begadang. Hmm ada yang gak beres nih.”
“Iye... iyee... gue ngaku, semalem gue nemenin Boby
ngerjakan proyek barunya.” Jelas Melly.
“Yaeah Mel, kalau lu gak kuat begadang kan harusnya
bilang sama Boby. Dan pastinya Boby juga bisa ngerti kan? Ya udah gih sana
mandi, udah siang Mel.”
“Iye Ri, 10 menit lagi ya gue mandinya.” Jawab Melly
ogah-ogahan.
“Eiiittss... gak bisa. Sekarang lu mandi, gue tunggu
dibawah. Oke nona Cempreng?”
“Yuuuurrriiiiiiii.” Teriak Melly.
Aku tertawa mendengar teriakan Melly, dan aku
meninggalkan kamarnya, menuruni anak tangga yang berada disebelah kiri
kamarnya. Aku menuju ke halaman belakang, menunggu digazebo dekat kolam renang.
Kolam renang yang bersih, banyak juga tanaman-tanaman yang ditanam disini. Terdapat
juga beberapa layang-layang yang menempel di dinding bagian utara, yang mungkin
memang sengaja digantung disana. Tepat! Seperti tempat penyimpanan
layang-layang milik Aga.
Hah... Layang-layang. Rasanya seperti flashback ke 10
tahun yang lalu saat melihat layang-layang miliknya.
“Tidak, tidak.” Sergahku lagi.
“Pantengin ape lu Ri?” suara Melly memecahkan
lamunanku.
“Elu Mel, bikin kaget aja. Enggak sih, cuma lihat
layang-layang koleksinya Aga.” Kilahku.
“Kok kayaknya sedih gitu?” tanya Melly.
“Kagak Mel, ya udah yuk belajar. Katanya lu mau
belajar bahasa Jepang.” Ajakku.
“Ayuuuukkkk..” jawab Melly bersemangat.
Kami pun mulai belajar, dengan beberapa kata dasar
yang pernah gue pelajari saat masih kecil di Negeri Sakura itu. Yups, saat
kecil aku memang sempat tinggal disana sekitar 8 tahun. Disela-sela kami
belajar, kami juga sering bercanda.
“Mel, lu masih inget kan kejadian beberapa tahun lalu?
Yang pernah gue ceritain dulu Mel.” Tanyaku.
“Ehmm, kejadian yang waktu lu masih umur 10 tahun
dulu?” tanya Melly balik
Aku mengangguk.
“Masih kok Ri, emang kenapa?” tanyanya.
“Beberapa hari yang lalu gue mimpi kejadian itu Mel.”
“Hah? Serius lu Ri? Terus lu gak apa-apa kan?”
tanyanya lagi.
“Ya gue sih gak apa-apa Mel. Tapi kejadian itu sama
persis kayak yang gue alami dulu. Dan bukan cuma sekali itu aja gue mimpi itu,
kemarin pun gue mimpi lagi. Kenapa ya Mel?”
“Itu sebabnya wajah lu berubah jadi sedih tadi? Pas
lihat layang-layang koleksi Aga?” tanya Melly lagi dan lagi.
Aku mengangguk.
“Mungkin gak sih kalau itu adalah suatu pertanda Mel?”
“Ehm, bisa jadi sih Ri. Udah jangan sedih, berdo’a aja
semoga hal itu gak terjadi sama elu ataupun orang lain. Oke?” katanya
menyemangatiku.
“Iya Mel, makasih ya Nona Cempreng.” Jawabku sambil
memeluknya.
“Aaah Yuri mah reseh orangnya.” Kata Melly.
Akupun tertawa mendengar omelan Melly. Hari itu kita
selesai belajar pukul 13.00. Belajar? Belajar apa saling curhat nih? Ehm.. ya
gitu deh pokoknya.
****
Hari terus berganti, rasa bosan
telah menyelimuti fikiranku. Kuputuskan untuk membawa Reddy jalan-jalan. Tak
jauh dari kediamanku, kulihat anak kecil yang sedang menangis sesenggukan
dipinggir jalan. Ku kira anak hilang yang ditinggal orang tuanya, atau anak
tersesat yang tak tau arah jalan pulang (itu mah lagu). Aku berhenti dan bertanya padanya, ternyata
layang-layangnya putus dan nyangkut dipohon seberang jalan. Ku lihat pohon itu,
dan yups.. memori 10 tahun yang lalu kembali menghantui fikiranku. Aku sedikit
pusing, mataku berkunang-kunang dan hampir terjatuh. Setelah aku beristirahat
sejenak, aku berdiri dan berjalan menyebrang jalan untuk mengambil
layang-layang miliknya.
Braaakkkkkkk...
“Awww..” aku mengaduh kesakitan.
“Mbak, maaf maaf.” Seorang laki-laki membantuku
berdiri dan berjalan menuju trotoar. “Mbak nggak apa-apa kan? Aku antar kerumah
sakit ya mbak.” Ujarnya sembari menitihku.
“Hmm,gak apa-apa kok mas. Cuma luka dikit aja.”
Sahutku. Kulihat siku dan lututku berdarah. Kurasakan pusing di kepalaku, saat
ku pegang ternyata keningku pun berdarah. “Mas, gak perlu antar ke rumah sakit,
rumahku dekat sini kok.” Kataku lagi.
“Ya udah mbak, ayo aku antar kerumah.” Ajaknya. Dia
membuka pintu mobil dan menyuruhku masuk.
Setelah sampai dirumah, kuajak dia masuk menuju ruang
tamu. Dia membopongku dan menyuruhku duduk disofa. Dia kemudian bertanya dimana
letak P3K, ku tunjuk kotak yang berada di sebelah TV lalu diapun mengambilnya
dan segera mengobati lukaku. Masih kurasakan sakit dilutut juga di kening. Dia
mengobati lukaku dengan hati-hati, dan membalutnya dengan kain kasa.
“Thank you yah mas udah mau nganterin kesini.” Ujarku.
“Itu sudah kewajiban saya mbak, karena saya mbak jadi
begini.” Jawabnya. “Tapi tadi, mbak mau nyebrang kemana sih? Sampe gak tengok
kanan-kiri gitu?” tanyanya.
“Hmm, mau ngambil layang-layang mas. Tadi ada anak
kecil gitu di pinggir jalan, terus karena kasihan ya aku samperin dia. Katanya
sih layang-layangnya nyangkut di pohon, makanya tadi aku buru-buru nyeberang
karena mau ambil layang-layang itu.”
“Ooo gitu, tapi kan bahaya banget kalau sampe mainan
layang-layang dipinggir jalan. Saya pun suka layang-layang tapi gak pernah main
dijalanan. Yaa resikonya besar banget.” Jelasnya. “Oh iya mbak, nama mbak
siapa? Sampe kelupaan tanya nama mbak. Aku Ken.” Sambungnya.
“Yuri. Panggil aja Riri.” Sahutku sambil membalas
uluran tangannya.
Perkenalan kami pun dimulai, kami saling melempar
pertanyaan dan aku sesekali tertawa mendengar ceritanya. Ternyata dia mempunyai
hobi yang sama dengan kakaku, Ichiro. Mereka sama-sama menyukai layang-layang. Saat
mendengarkan ceritanya,aku bagaikan
dibawa ke kejadian 10 tahun silam. Dadaku mulai terasa sesak, dan air mata
mulai menetes mengenangnya. Ken bertanya padaku, dan aku membalasnya dengan
menceritakan kejadian yang membuatku trauma dengan layang-layang.
“Bahkan, jika aku melihat layang-layang ingatanku akan
kejadian itu terus menghantui. Aku sering menyalahkan diriku sendiri karena
waktu itu aku mengajak Ichiro untuk bermain layang-layang di halaman depan. Aku
benar-benar merasa menyesal karena itu.” Lanjutku menceritakan hal yang
membuatku trauma sampai saat ini, sambil sesekali menyeka air mataku yang
mengalir dengan deras.
“Maaf ya Ri, aku gak tau kalau kamu trauma dengan
layang-layang. Hmm.. gini deh, boleh gak aku jadi teman kamu?” kata Ken.
“Ya bolehlah Ken, emang ada larangan gak boleh berteman
denganku gitu ya di depan sini.” Jawabku sambil menunjuk keningku. Dan dia
tertawa.
“Kalau boleh, mulai lusa aku akan mengajakmu bermain
layang-layang. Yah, siapa tau trauma kamu bisa hilang walaupun aku bukan dokter
terapist sih.” Candanya.
“Kamu ini, bisa aja bikin orang ketawa. Kamu serius
dengan tawaran kamu itu? Soalnya aku bener-bener trauma dengan itu. Melihatnya
aja aku sudah hampir pingsan, apalagi memegang ataupun menerbangkannya.”
Ujarku.
“Tenang, yang pasti kita bermain di tempat yang nyaman
kok bukan dihalaman depan yang dekat jalan raya.”sindirnya sembari tertawa
kecil.
“Ya ya ya ya, boleh deh. Siapa tau dengan tawaran itu
traumaku perlahan akan menghilang.” Akupun meng“iya”kan tawaran dari Ken.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Ken
memohon diri untuk pulang, and once again I say thank you to him. Dia
membalasnya dengan senyuman juga melarangku untuk mengantarkan sampai depan
pintu karena keadaanku yang belum stabil. Diapun berlalu, kulihat dia sampai
pintu tertutup. Dapat kudengar mobilnya sudah meninggalkan bangunan ini.
Aku merebahkan tubuhku disofa. Ichiro, apa maksud dari
mimpi itu ini? Mimpi yang sama dengan kejadian 10 tahun silam, yang masih saja
membuatku trauma sampai saat ini. Mimpi yang mengisyaratkan aku akan bertemu
dengan seseorang yang sehobi denganmu, dan mungkin dia akan membantuku untuk
kembali suka dengan layang-layang sepertimu? Aku merindukanmu, Ichiro. Aku
rindu saat-saat bermain layang-layang denganmu. Semoga saja Ken bisa membuat
traumaku hilang sehingga aku bisa bermain layang-layang lagi seperti dulu lagi.
--THE END--
Jumat, 23 Oktober 2015
Hmm hello.. How are you? Balik lagi saya disini untuk ngeshare RPP nih. Kali ini saya mau sharing sama temen-temen semua RPP bahasa Inggris dengan Kurikulum 2013. Hmm, ya walaupun sekarang sudah tidak memakai Kurikulum ini. Mungkin masih dibutuhkan buat nyari referensi.
Okay, Check this out!!!
RPP Bahasa Inggris XI SMK-Invitation
RPP Bahasa Inggris XI SMK- Letter
Silahkan di download, dan semoga bermanfaat...
Happy Learning.. ^_^
Okay, Check this out!!!
RPP Bahasa Inggris XI SMK-Invitation
RPP Bahasa Inggris XI SMK- Letter
Silahkan di download, dan semoga bermanfaat...
Happy Learning.. ^_^
Jumat, 16 Oktober 2015
Wow, sepi amat yak disini. Banyak sarang laba-labanya pula #eh!. Kayaknya udah lama nih, gak ada penghuninya (penghuni?). Sekarang tuan rumahnya udah balik nih, udah hambir setahun non aktif juga sih ya. (Emang selama ini kemana?) Ehmm selama ini sih mimin fokus dulu sama Skripsi, (Ciieeeh...).
Untuk tayangan perdana kali ini (Kayak sinetron aja min) mimin mau share tentang Lesson Plan for Reading skill, untuk materi Narrative text kelas XI SMA. (Kurikulumnya?) Kurikulum kali ini balik lagi ke kurikulum yang lama sebelum K13. Yeps, kurikulum yang digunakan adalah KTSP...
Yeps, yang lagi perlu Lesson plan silahkan download disini yak...
Lesson Plan Reading Skill-Narrative text (XI)
Untuk tayangan perdana kali ini (Kayak sinetron aja min) mimin mau share tentang Lesson Plan for Reading skill, untuk materi Narrative text kelas XI SMA. (Kurikulumnya?) Kurikulum kali ini balik lagi ke kurikulum yang lama sebelum K13. Yeps, kurikulum yang digunakan adalah KTSP...
Yeps, yang lagi perlu Lesson plan silahkan download disini yak...
Lesson Plan Reading Skill-Narrative text (XI)
Selasa, 26 Agustus 2014
Bagaimana kabarmu sekarang? Kata itu
yang terlintas dibenakku, ketika aku mulai mengingatnya. Mengingat setiap
canda, tawa, dan juga senyum itu. Aku mulai berada dalam lamunan panjangku.
Masa lalu bersamanya.
Awalnya aku kenal sama Nico, dari
sahabatku Angel. Nico adalah teman Angel dan sudah lama saling kenal. Saat itu
Angel banyak cerita tentang Nico, aku jadi penasaran sama Nico, siapa sih Nico?
Selang beberapa bulan Angel memberiku sebuah nomor handphone, yang dia bilang
nomor itu adalah nomor Nico. Kenapa dikasih ke aku? Angel bilang biar aku bisa
kenal sama Nico, dan siapa tau bisa jadian suatu hari nanti, candanya. Lalu aku
save nomornya.
Angel juga bilang kalau Nico sudah tau
aku, kok bisa? Ya bisa lah, dia tau fotoku dari Angel juga. Di ponsel Angel ada
beberapa fotoku yang memang sengaja aku save di sana. Setelah dia tau, dia
bilang ke Angel kalau Nico pengen kenal sebegai teman sama aku. Beberapa hari
setelah diberi nomor ponsel Nico oleh Angel, dia mulai mengirim pesan singkat
padaku. Menanyakan nama, dan ingin menjadi teman. Sudah hampir 1 tahun kita
saling kenal, hal itu membuat aku menjadi nyaman berteman dengannya, ada
sedikit rasa suka yang tersimpan dihatiku. Hanya sekedar suka sebagai teman. Namun,
seiring berjalannya waktu perasaan suka itu menjadi perasaan cinta.
Dan hampir 1 tahun itu juga, kami
memutuskan untuk bertemu di salah satu Mall di Kediri. Kami saling menyapa, dan
tak ketinggalan juga Angel ikut bersama kami. Setelah itu aku dan Nico menjadi
semakin dekat, kedekatanku dengan Nico membawaku dalam cerita cintaku.
Biib... biiib... biibb... saat itu
ponselku berbunyi, sebuah pesan darinya.
Nico:
Heeii...
aku pengen cepet-cepet pulang niih... terasa kangen banget sama kamu heheh
Lalu aku balas pesan itu.
Agnes :
Huuuuh.... tetep
aja ngegombal, raja gombal...
Nico :
Terserah
deh mau bilang gw raja gombal... yang penting gw kangen ma kamu.. sampai ketemu
disana ya Lumuuttt....
Aku pun tersenyum melihat pesan yang
ada di ponselku, sejujurnya aku juga kangen banget sama dia. Karena sudah dia
lama tidak pulang.
Eeehh.... lupa nih belum ngenalin
diriku, Aku Agnesia, biasa di panggil Agnes... pesan diatas itu dari temenku
namanya Nico. Yuuk lanjut baca ceritanya...
****
Treeettt..... teeeett...... teeettt
Bel sekolah berbunyi, tanda jam
sekolah telah usai. Ku kemasi buku-buku yang berantakan di atas mejaku.
Kemudian aku berjalan menyusuri koridor kelas menuju ke gerbang sekolah.
Tiba-tiba ada yang mengagetkanku dari belakang.
“Wooooyy..... sendirian aja niih?”
“Iiiihhh dasar Angel ... seneng banget
siih ngagetin aku.” Omelku.
“Hehe... sorry Nes, Emang aku sengaja
kok, peace. Eh tumben kamu pulang sendiri?”
“Lha emang biasanya kamu tau aku
pulang sama siapa?”
“Yaaa... gak sih Nes, tapi kayaknya
kamu ada yang jemput deh tu di depan gerbang.”
“Siapa? Bokap aku ya?
“Bukan deh Nes, dah pokoknya dia
ganteng deh, nyesel kalo gak pulang sama dia. Nes aku pulang duluan yah, Udah
di jemput soalnya. Bye...”
Aku melambaikan tanganku sebagai tanda
perpisahan, ehh tunggu deh Sii Ganteng? Siapa yang dimaksud Angel? Aku
mengangkat bahuku sendiri dan berjalan lagi menuju gerbang sekolah.
“DuuH... Kayaknya lemes banget, capek
ya?”
Aku berhenti sejenak, sepertinya aku
kenal suara itu. Seperti suara Nico, tapi apa mungkin? Lalu aku menengok ke
belakang, didepanku berdiri sosok laki-laki tinggi, kulit kuning langsat, dan
body tidak terlalu kurus.
“Nico? Ngapain disini? Kapan
pulangnya?”
Sederet pertanyaan ku lontarkan
padanya. Namun sebuah pukulan kecil yang mendarat dikepalaku. #plaak...
“Bodoh!! Aku disini nungguin kamu, mau
jemput kamu. Udah jauh-jauh datang, bukan disambut malah dikasih sederet
pertanyaan bodoh.”
“Iiih... Pertanyaan bodoh? Emang salah
ya tanya gitu, kan pengen tau?”
“Udaah, jangan banyak tanya. Ayo
sekarang ikut aku.”
“Kemana?” tanyaku.
“Dasar Cebol... Udah ayo buruan naik.”
Kemudian aku naik dimotornya, diapun
menyalakan Tigernya yang gagah. Si Tiger melaju dengan cepat, di tengah
perjalanan mencul sederet pertanyaan di benakku.
Kapan
dia pulang? Tiba-tiba nongol, gak kasih kabar. Terus langsung ngajak pergi gitu
aja, emang mau kemana sih? Kok buru-buru amat. Omelku dalam hati. Tiba
disuatu tempat yang terasa asing bagiku. Ini
dimana?
“Udah sampai, cepat turun. Kasihan
motorku kalau lama-lama kamu naikin.”
“Uuuh gitu banget siih, ya udah aku
pulang aja.”
“Eeeiiittss.... Mau kemana nona
pendek?” tanyanya sambil menarik jaketku.
Apa?? Dia panggil aku pendek??? Kata-kata
yang sangat aku benci, yaa walaupun sebenarnya aku memang pendek, hehe. Dia
menarik tanganku, dan mengajakku duduk di kursi sebelah danau.
“Waahh Danau...pemandangan yang indah,
sejuk pula. Tumben ngajak ke danau, mau ngapain?” tanyaku.
“Mau renang.” Jawabnya singkat.
“Serius Ko? Bukannya malah enak
dikolam renang yah Ko?”
#PLAAKKK.... pukulan itu mendarat lagi
dikepalaku. Aku mengernyitkan dahiku.
“Duhh..punya temen, bodohnya tetep aja
dipelihara. Bodoh kok gak hilang-hilang siih? Siapa juga yang mau renang,
suasana romantis gini kok malah mau renang Me.”
Ini yang belum aku ceritakan, kami
berdua punya nama untuk memanggil salah satu diantara kami. Dia panggil aku
Lumut atau Meme, sedangkan aku panggil dia Semut atau Koko. Kembali kecerita
lagi....
Suasana
romantis apa? Apanya yang romantis? Lalu buat apa dia mengajakku kesini? Beribu
pertanyaan menyerang pikiranku. Keheningan merubah suasana yang riuh oleh canda
kami, kurasakan suasana yang berbeda disini. Sejuk dan Romantis, tidak salah
juga sih apa yang dia bilang.
“Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu
Me.” Katanya memecah keheningan.
“Mau ngomong apa Ko? Kok kayaknya
serius banget, ada yang penting ya? Sampai ngajak kesini.”
“Kalau dibilang penting, ya penting
banget.” Jelasnya singkat.
Keheningan terjadi lagi. Hanya suara
burung yang mengiringi keheningan di antara kami. Aku pun terdiam, memandangi
sekitar danau dimana kami berada sekarang.
“Me, kalau boleh jujur udah lama aku
suka kamu Me. Mau kan Meme jadi cewekku?”
Deg!!! Aku kaget, jantungku berdetak
cepat. Sosok laki-laki yang terlihat cuek, super bawel ini bisa menyatakan
perasaannya padaku secepat ini. Aku masih terdiam, rasa bingung, kaget,
canggung semua memenuhi benakku. Apa yang
harus aku katakan? Jawaban apa yang harus aku lontarkan? Kebingungan terus
berada di benakku.
“Gak perlu di jawab sekarang kok Me, mungkin
Meme bingung dengan apa yang aku bilang barusan.”
Aaaahh.. Aku semakin bingung. Aku
harus jawab apa? Ya Tuhan, beri aku petunjuk-Mu. Dengan gemetar, aku mulai
membuka mulutku. Memberi kata-kata sebaik mungkin.
“Ehhmm... Ko, itu... eh anuu.” Aku bingung,
menggaruk-garuk kepalaku.
“Ada apa Me?”
Dengan pelan-pelan aku mulai
memberikan sebuah jawaban padanya.
“Yaah.. akuu... eemm akuu.. Aaah iyaa
aku juga suka sama Koko.” Jawaban terbaik yang aku katakan padanya.
“Really? Beneran apa yang kau bilang
barusan Me?”
“Iya Ko, aku beneran.” Kataku sambil
tersenyum.
Ditariknya tanganku, dipeluknya
tubuhku. Aku hanya diam, dan membalas pelukannya. Kurasakan pelukan yang nyaman
darinya. Tiba-tiba dia mencium keningku, nyaman dan suasana menjadi romantis.
Lalu biiibbb... biiibb...bbiiib, ponselku berbunyi. Siapa lagi yang SMS? Langsung kucari ponselku dan membaca pesan
yang tertulis dilayar ponselku. Pesan dari Angel, ada apa ya?
Angel
:
Agggnneeesss.....
kamu ada dimana? Aku ada dirumah kamu ni sekarang, lama amat sih keluar
rumahnya...
Ku tekan
replay..
Agnes :
Sooorrryyy
Ngel.. nih aku keluar ama Nico, hehe. Iya bentar lagi aku pulang kok, tunggu
bentar yah....
Ku klik
“OPTION” lalu “SEND”. Berees..!!!
“SMS dari
siapa Me?” tanyanya.
“Ooh ini dari
Angel Ko, dia ada dirumahku sekarang.”
“Ya sudah,
ayo pulang. Kasihan dia nunggu sendiri dirumah.”
“OK.. lagian
ini juga sudah sore Ko.”
Kami pun
pulang membawa suatu hal yang sangat istimewa bagi kami. Terima kasih Tuhan,
atas semua anugerah yang Kau beri padaku hari ini. Amin.
****
Singkatnya sudah hampir setahun aku
dan Nico jadian, cukup lama juga. Dan itu membuatku semakin lebih mengenal
kepribadiannya. Orang yang dulu ku anggap cerewet dan cuek, ternyata mempunyai
rasa sayang dalam setiap kata dan perasaannya. Ku ambil ponselku dan mengetik
sebuah pesan untuknya.
Agnes
:
Ko,
lagi dimana sekarang? Ada latihan basket yah? Eehmm jangan lupa makan juga yah
Cemot... miss you Ko...
Klik option,
lalu send. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 16.00. Lama ku menunggu
balasan pesan darinya, tetapi tidak ada satupun balasan pesan darinya. Kemana sih dia? Apa mungkin dia sibuk? Atau
lagi ke Gereja? Perasaan khawatir mulai menyelimuti benakku.
Dan kini,
sudah seminggu lebih dia tidak memberi kabar padaku. Aku benar-benar cemas dan
bingung. Apa yang terjadi dengannya? Dimanakah dia? Apakah dia baik-baik saja?
Aku berangkat sekolah dengan pikiran yang kacau. Dalam belajar disekolahpun aku
tidak bisa konsenterasi, tiap kali pun aku ditegur sama Guru. Heeiii Ko, kamu dimana? Pertanyaan itu
terus ada dibenakku. Angel yang duduk disebelahku terus-menerut melihat ke arahku.
“Kamu kenapa
sih Nes? Kok dari tadi ngelamun mulu, gak konsent belajar pula. Emang ada
masalah apa sih?”
“Haah.... Aku
gak tau Ngel, udah semingu lebih Nico gak ngasih kabar, Handphonenya juga gak
aktif. Aku takut kalau dia kenapa-kenapa Ngel.”
“Maksud kamu
dia sakit gitu?”
“Iya Ngel..
aku takut banget.”
“Udah dong
Nes, jangan khawatir. Mungkin aja dia masih sibuk, atau ada kegiatan basket. Ya
kita berdoa aja semoga gak terjadi apa-apa sama Nico ya..”
Aku
mengangguk pelan. Aku mencoba tenang, dan selalu berdoa.
Trreeetttt.... teeett.... teeeeetttttt
Bel pulang sekolah berbunyi, aku
pulang sekolah dengan mengendarai maticku. Setibanya dirumah, aku masuk
kekamarku untuk melepas lelah. Ku letakkan tas diatas meja belajar, ku
baringkan tubuhku diatas tempat tidur. Biiib...biiibb....biibbb.... Ponselku
berbunyi, aku harap itu dari Nico yang sudah 2 minggu ini dia menghilang.
Kulihat layar ponselku. Dari Nico??? Aku melonjak dari tempat tidur, dan
langsung kubuka pesan itu.
Nico
:
Meme....
aku kangeen.... maaf aku gak pernah ngasih kabar selama 2 minggu ini, bukannya
aku gak sayang sama kamu Me, tapi aku harus keluar kota untuk kagiatan basket.
Dan aku gak pernah lupa dengan apa yang Meme pesan sama aku, besok aku akan
pulang tunggu aku ya Luummuuttt..... I LOVE YOU....
Dasar Koko,
Puji Tuhan kalau dia baik-baik saja. Ku balas pesannya.
Agnes :
Aaaaaahhhhhh.......
cepet pullaang... Cuma itu yang Meme pengen.
Ku kirim
pesan itu. Kulihat jam dinding, eemm sudah menunjukkan pukul 22.00, ku tarik
selimut dan tak lupa aku berdoa. Dan waktunya tidur.
****
Pagi ini
mentari bersinar cerah, memberikan cahayanya pada bumi, udaranya sejuk,
ditambah kicauan burung yang membangunkanku dari lelapnya tidur. Hari ini, hari
Minggu. Bangun pukul 07.00, bersih-bersih rumah dan nyuci baju. Kebetulah baju
kotornya numpuk 1bak besar. Capeek.. selesai bersih-bersih pukul 08.00.
Biibb.... Biiibb... biiiibbbb.. lagi-lagi ponselku berbunyi, dari Nico.
Nico :
Aku
sudah sampek rumah, buruan mandi. Nanti jam 10.00 aku jemput dirumah kamu. OK.
Agnes :
Siiiaaapp Ko,
aku tunggu yaah...
Sehabis
mandi, ku dengar suara sepeda motor memasuki halaman rumah. Suara motor yang tidak
asing lagi ditelingaku. Yaaa benar sekali, itu suara motornya Nico. Kuberjalan
kedepan rumah dan membuka pintu gerbangku.
“Cepet
naik... aku udah gak ada waktu lagi.” Katanya
“Kemana?”
“Udah buruan naik, ikut aku sekarang.”
Langsung dia putar balik motornya.
Tigernya melaju dengan cepat. Selalu saja datang dengan tiba-tiba, dan mengajak
pergi begitu saja. Seketika sampai juga di tempat yang dulu pernah kami
kunjungi bersama. Yuups.... benar sekali tempat itu Danau. Aku duduk ditempat
dimana kita duduk bersama seperti dahulu. Diapun duduk bersandar disebelahku.
Kulihat wajahnya yang tampak pucat.
“Koko sakit?”
Kutempelkan
punggung telapak tanganku kedahinya.
“Kok panas
banget sih Ko? Ayo kita periksa kedokter.” Ajakku.
“Heeii cebol,
aku gak apa-apa kok, aku Cuma capek aja.”
“Bodoh!!! Ini
bukan kecapekan, tapi sakit Ko.” Omelku.
“Sssttt....
mungkin jika aku bersamamu hari ini, aku akan sembuh.” Ujarnya.
Lalu dia
menyandar dipundakku. Sejenak suasanya menjadi hening.
“ Me, aku
sayang banget sama kamu, aku gak pengen jauh dari Meme, aku pengen selalu ada
sama Meme, dimanapun Meme berada.”
“Mulai deh
ngegombal.” Timpalku.
Nico hanya
tersenyum, entah mengapa hari ini dia terlihat sedih. Tetesan air mata mulai
jatuh dari matanya.
“Heeii... kok
nangis? Ada apa Ko, apa ada masalah?”
“Eh, hehe gak
kok Me, Cuma kena debu aja kok.” Elaknya.
“Dasar aneh!!
Tiba-tiba nangis.”
“Aku hanya
ingin hari ini bersamamu.”
Dia memelukku
erat, dan menangis. Aku semakin bingung, ada apa dengan dia? Tak biasanya dia
seperti ini. What happen? Aku mencoba menenangkannya dengan kasih sayangku. Dia
mulai berbicara.
“Aku gak mau
jauh dari kamu.”
Aku hanya diam, dan mendengarkan apa yang dia ucapkan
padaku.
“Aku pengen
jaga Meme, tapi aku gak bisa. Aku pengen bermain sama Meme dan Angel. Tapi aku
gak mau jauh dari Meme, aku pengen slalu sama kamu.” Rengeknya.
Aku semakin
tidak mengerti apa yang dia maksud. Pergi? Jauh? Emang dia mau kemana? Kenapa
dia jadi sesedih ini jika dia mau mengikuti pertandingan basket? Pikiranku jadi
tidak karuan.
“Koko ini
ngomong apa? Meme gak ngerti.”
“Aku gak akan
lama disini Me, aku harus pergi, tapi aku gak mau jauh dari kamu. Aku pengen
selalu sama kamu.”
“Emang Koko
mau kemana?” Aku makin bingung.
“Aku harus ke
Singapura Me.”
Apa? Singapura?
Buat apa dia kesana?
“Ada urusan
apa, sampai keluar negeri segala? Apa ada pertandingan basket?
“Bukan Me,
tapi ada urusan pribadi dikit yang gak bisa aku ceritakan sama kamu.” Katanya
sambil melepas pelukannya padaku.
“Eeemm Me,
boleh gak aku pinjam buku kamu?”
Aku
mengangguk dan segera mengambil notebook didalam tasku. Lalu ku berikan sama
dia.
“Aku tinggal
bentar yah, tapi jangan kemana-mana. Tunggu aku disini.”
Aku
mengangguk lagi. Dia segera meninggalkanku duduk sendiri. Kulihat dia mulai
membuka lembar demi lembar notebookku. Kuperhatikan apa yang dia lakukan. Entah
apa yang dia tulis disitu. Dia terlihat sedih dan dia menangis. Kata demi kata
dia tulis, mulai menggoreskan tinta bolpoin di atas kertas. Selesai menulis,
dia beranjak dari duduknya, dia jalan dan kembali duduk disampingku. Wajahnya
masih terlihat sedih, dan pucat. Kenapa
dia? Nico kembali dan tersenyum. Senyum yang berat, tidak seperti yang
biasa aku lihat. Nico mengajakku pulang dengan senyum kecil menghiasi wajahnya.
****
3 minggu
setelah kejadian di danau itu,malam hari saat aku mau tidur, aku baru
mendapatkan pesan dari Nico. Lalu kubuka pesan singkat itu.
Nico :
Me... besok pagi
aku mau mampir kerumah kamu, sebelum aku berangkat ke Bandara. Ada sesuatu yang
mau aku kasih sebelum aku pergi.
Agnes :
Iya Ko.. besok
aku tunggu dirumah.
Dan keesokan
harinya Nico datang bersama kakaknya Kak Fesia. Kupersilahkan mereka masuk
kerumah.
“Silahkan
masuk Ci.” Ajakku.
“Iya, makasih
Me. Kok sepi, keluarga pada kemana?” tanyanya.
“Kebetulan
mereka lagi pada keluar rumah Ci, Koko udah siap kebandara?”
“Siap gak
siap harus pergi juga tau.”
Huuuh...
sikap cueknya tetep aja gak berubah.
“Kemarin aku
bilang mau ngasih sesuatu kan, sebelum aku berangkat kebandara? Nih ada kado
buat kamu.” Memberikan kotak besar berwarna biru kepadaku.
“Apa ini?”
hendak ku buka.
“Eehh...
eeh.. jangan dibuka dulu. Inget ya ada perintah buat buka kado itu. Karna itu
spesial.”
“Mau buka
kotak ini pake perintah juga? Kaya petinggi kerajaan aja.” Omelku.
“Cerewet!!!
Pesannya jangan dibuka dulu, sebelum Ciciku yang ngasih perintah buat dibuka,
ngerti Cebol?”
Aku melihat
kearah kakaknya dan Kak Fesia hanya tersenyum. Dasar nico aneh!!! Batinku.
“Okelah akan
aku inget.” Kataku.
“Ya udah, aku
sama Cici mau berangkat ke bandara. Pesawatnya udah mau berangkat.” Pamitnya.
Lalu aku
antar mereka sampai ke pintu gerbang rumah, dan Nico membisikkan sesuatu untuk
yang terakhir kali sebelum dia menuju bandara.
“Jangan
kangen sama aku, inget aku akan selalu ada dengan kamu. Kalau kangen ada
sesuatu dikotak itu yang bisa ngobatin rasa kangen kamu sama aku. Aku cinta
kamu selamanya. Aku cinta Lumut Ijo.” Kata Nico sambil tersenyum.
“Dasar
gombal..”
Ku pukul
pundaknya, Nicopun hanya tertawa. Dia masuk ke mobil dan melambaikan tangannya
padaku. Ku balas dengan melambaikan tanganku juga. Lalu mobil itu langsung pergi
meninggalkan rumahku.
****
2 bulan
setelah dia pergi ke Singapura rasanya sepi, gak ada yang ngegombal, gak ada
tawanya, senyumnya semuanya hilang. Aku mulai penasaran dengan kado yang
diberikan Nico padaku. Apa sih isi kado
itu? Kenapa harus pake perintah segala buat buka kado itu? Nico aneh deh, kaya
pesan terakhir aja. Kapan ya Kak Fesia ngasih kabar atau hanya sekedar memberi
tahu kalau kotak itu sudah boleh aku buka. Batinku.
Tanggal 17
Januari 2010, tepat satu tahun aku jadian sama Nico. Walaupun dia jauh, aku
tetap bahagia hari ini.
“Pagi-pagi
udah senyam-senyum sendiri, kenapa?” tanya Angel yang saat itu main kerumahku.
“Ehhmm... gak
ada apa-apa, cuman lagi seneng aja Ngel.”
“Seneng
kenapa? Apa menang lotre di supermarket kemarin? Haha.”
“Enak aja,
emang kemarin kita ikutan lotre disana? Enggak kan?”
Biiibbb...
biiib... biiib... bunyi ponsel tetep biib biib aja nih, kok gak diganti-ganti
ya? Hehe namanya juga ponsel jadul, masih tetep nada pesan singkat masuk. Dari
siapa ya? Ku lihat layar ponselku. Nico???? Apa dia sudah pulang dari
Singapura?
“Dari siapa
Nes?” tanya Angel.
“Ngel, pesan
dari Nico. Apa Nico udah pulang ya dari Singapura?”
Angel hanya
terdiam.
“Coba dibuka,
siapa tau penting.” Jawabnya sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
Aku
mengangguk cepat, dan kubuka pesan itu.
Nico :
Dek, maaf ya
baru ngasih kabar. Apa kabar dek? Ini Kak Fesia, maaf kakak pake nomornya Nico.
Kakak mau ngsih tau tentang pesan dari Nico dulu, sekarang kadonya boleh
dibuka. Karena waktunya juga udah tepat buat buka kdo itu. Maaf Cici baru
ngasih tau ya dek. Terima kasih.
Sontak ku
letakkan ponselku, dan aku berlari menuju meja belajarku. Ku ambil kotak biru
itu dan kembali ke tempat tidur.
“Kado apa itu
Nes?” tanya Angel.
“Kado dari
Nico.”
“Dari Nico?”
tanyanya heran.
Lalu ku buka
kado itu, isinya Jaket Putih, boneka beruang biru,cincin dan selembar kertas.
Selembar kertas? Apa isinya? Ku buka selembar kertas itu dan mulai aku
membacanya.
Dear : Meme yang aku Sayang....
Maafkan aku, jika
selama ini aku sering membuatmu marah, sedih atau apapun karena sikapku. Dan
maaf selama 2-minggu itu aku gak ngasih kabar ke Meme tentang keadaanku. Itu
karena aku gak mau Meme sedih.
Happy Aniversary
sayang.... tepat di tanggal 17 Januari 2010 ini kita jadian selama 1 tahun.
Hehe gak terasa sudah 1 tahun ya, aku senang bisa mengenalmu lebih dekat.
Mendapat kasih sayang dan sebuah cinta yang tulus darimu. Maaf ya Sayang, pada
hari ini aku tidak ada bersamamu... Tapi, aku tetep sayang sama Meme sampai
kapanpun...
Me... 2 minggu
yang lalu aku sempat masuk rumah sakit, karena aku sakit Infeksi Lambung. Maaf
kalau aku bohong ada kegiatan basket waktu itu, aku sengaja gak cerita kalau
aku punya sakit ini. Aku gak mau melihat Meme sedih karena keadaanku. Sempat
aku down banget waktu pergi kedanau untuk ke-2 kalinya bersamamu.
Aku menangis
dalam pelukanmu, karena aku menahan rasa sakit itu, aku gak mau jauh dari Meme,
dan aku juga gak mau ninggalin Meme. Aku sedih harus meninggalkan Meme sendiri
disini. Masalah ke Singapura itu, maaf Me aku bohong sama Meme dan gak cerita
lagi sama Meme. Aku disana operasi lambung me, rasa sakit ini terus aku tahan.
Aku gak mau menjadi lemah, dan aku gak mau mengalah sama keadaanku ini. Aku
harus kuat kan Me?
Mungkin saat Meme
membaca surat ini, aku sudah tidak bisa melihat Meme lagi. Aku sudah pergi dari
Meme, meninggalkan Meme sendiri. Dan aku gak akan bisa bersama Meme lagi.
Ini ada boneka
beruang biru dan Jaket putih kesayanganku untuk Meme, buat ngobatin rasa kangen
Meme sama aku. Dan pakai juga cincin ini, cincin sebagai simbol Cintaku sama
Meme. Me... untuk kesekian kalinya, aku minta maaf sama Meme, karena aku tidak
bisa bersamamu...
Aku harus pergi
sekarang, 2 orang telah menjemputku. Pesanku jangan sedih ya kalau Nico gak ada
sama Meme. Tapi Nico akan selalu ada sama Meme, dimanapun kamu berada. Tuhan
akan selalu melindungimu. Nico akan selalu ada disampingmu dan selalu
menjagamu... Dan satu lagi aku menulis puisi di notebookmu, jangan lupa
dibaca..
Aku
Cinta Meme.... I LOVE YOU Me...... J
Ig.
Yohanes Nico Chandra. G.
Infeksi
lambung? Sejak kapan Nico sakit? Air mataku mulai berjatuhan, aku menuju meja
belajarku. Ku buka laci meja belajarku dan mencari notebookku. Ini dia
notebookku. Aku membuka notebookku perhalaman. Nah ini dia tulisan tangan
Nico...
Ku harap saat membaca tulisan ini, Meme dalam keadaan sehat. Aku
sayang kamu Me..
Telah
banyak torehan
senyum dalam wajahmu
Mengalun
indah dalam tiap waktu
Tiap detik ceriamu terlukis diwajahmu...
Telah
kau lukis ceria dalam setiap langkahku
Kau
balut luka dalam hatiku
Kau
warnai hariku dengan warna
Seelok
pelangi di senja hari...
Dinda...
Ku
ingin kau selalu
Tersenyum
dalam setiap lukamu...
Berharap
kau dapat berdiri tegak
Dalam
setiap langkahmu..
Dalam
anganku, ku ingin kau tetap tegar...
Dinda....
Organku
mulai marah padaku
Organku
tak ingin kita tetap bersama
Organku
terus meronta dalam tubuhku...
Dinda...
Ketahuilah,
aku amat sayang...
Kan
ku lukis cintaku dalam hatimu
Dalam
setiap waktu yang menelanku...
Kau
akan tetap mengingatku...
Dinda....
Waktuku
telah habis...
Tuhan
hanya memberiku waktu sekejap untukku...
Aku
harus pergi...
Mengembara
ketempat yang sangat jauh...
Waktuku
telah tiba Dinda...
Pastikan
aku akan selalu menjagamu
Dalam
setiap langkahmu
Aku
akan selalu menjagamu...
Walau
ku tak nampak bagimu...
Dinda....
Aku
harus pergi...
Dua
malaikat telah menjemputku...
Aku
akan selalu bersamamu Dinda...
Selamat
tinggal Dindaku
Tersayang...
Entah
bagaimana rasanya setelah membaca surat dan puisi itu, seperti disambar petir
ribuan kali. Aku memeluk Angel, menangis di pelukannya. Sebenarnya apa yang
terjadi?
“Kenapa kayak
gini Ngel? Kenapa Nico ninggalin aku secepat ini, Nico pergi untuk
selama-lamanya. Dia ninggalin gue Ngel.” Isakku dipelukan Angel.
“Nes.. udah
ya jangan nangis lagi, kita serahkan semuanya kepada Tuhan Nes. Do’a kan Nico
ya supaya dia tenang dan arwahnya diterima disisi Tuhan.” Katanya menenangkan
ku.
Aku
mengangguk sambil aku memeluk erat tubuh Angel. Ya Tuhan jika memang ini yang
terbaik dan ini merupakan jalan terbaik yang Engkau beri, aku menerima semua
ini dengan ikhlas. Angel memberi tahu, ketika dia menulis surat itu sakit yang
dirasa Nico semakin membuatnya tidak kuat menahan. Nico pun pinsan setelah
membukus kado itu. 2 bulan setelah
operasi dan dirawat disalah satu Rumah Sakit di Singapura. Kondisi Nico semakin
memburuk. Dan satu minggu sebelum hari ini Nico mulai kritis, dan sempat koma. Tepat
pada hari Rabu, 13 Januari 2010 Nico meninggal dengan tenang. Nico meninggal
dengan memberikan senyum di wajahnya.
“Kenapa gak
bilang dari dulu Ngel???” tanyaku sambil menagis.
“Nes,
bukannya aku gak bilang sama kau, aku tau kamu sayang banget sama Nico. Aku gak
mau kamu sakit, aku gak mau kamu sedih.”
“Tapi
Ngel....”
Aku masih
tetap menangis, seperti tidak percaya dengan semua ini. Tapi aku harus bisa
menerimanya. Karena Tuhan punya rencana yang lain dibalik semua yang terjadi
saat ini. Angel pun bilang, Nico terlihat cuek dan cerewet karena dia tidak mau
melihatku menjadi sedih dan khawatir. Ig. Yohanes Nico Chandra G. Kini dia
telah kembali di hadapan Tuhan. Aku tak kan pernah melupakanmu. I LOVE YOU too.
Hari ini tanggal 13 Januari 2011 hari
dimana Nico telah tiada. Hanya ada cintamu dihatiku. Aku mengingat semua itu di
balkon kamarku. Memakai jaket putih, cincin dan memeluk boneka beruang yang
Nico berikan untukku. Ku tulis rangkaian kata dalam satu puisi dibalik tulisan
tangan Nico, diiringi lagu kesukaannya “Nano-Sebatas Mimpi” dan “Avril
Lavigne-When You’re Gone”.
Ignatius Yohanes
Nico Chandra G.
Bersandar aku dalam lamunanku...
Bayangmu menghiasi seluruh angan kosongku
Aku tersenum kala aku mengingatmu...
Ku rindukan tiap
genggam tanganmu
Ku rindukan tiap
belai lembutmu
Rindu akan
dekapanmu
Dan rindu akan
kecupan sayangmu...
Ku tulis tiap bait tentangmu...
Bersama tangan yang hendak berkata
“Aku mengenalmu”
Ku tulis tiap lembut katamu
Bersama mata yang hendak berkata
“Aku merindukanmu”
Sebuah tulisan
kecil yang berbicara tentangmu...
Tertuang diatas
secarik kertas putih...
Inilah yang aku
rasakan...
Dalam setiap
detik ku sebut namamu..
---THE
END---