Kamis, 31 Desember 2015







Braaaakkk!! Terdengar suara yang sangat keras diseberang jalan. Sontak aku langsung lari menuju suara itu. Semoga bukan dia ya Tuhan, batinku. Aku lari, dan tempat itupun sudah banyak orang yang berkerumun.
“Kakaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk” Jeritku.

Akupun terbangun dari tidurku. Mimpi yang sama lagi. Ku lihat jam yang bergantung di dinding kamarku, pukul 02.00. aku bangun dari tempat tidurku, dan menuju ke toilet yang berada dikamarku. Ku basuh wajahku, lalu menuju ke dapur untuk minum. Aku duduk diruang makan, sambil mengambil segelas air putih. Kenapa mimpi itu sekarang sering datang? Apa itu suatu pertanda? Atau cuma mimpi buruk? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, dan menepuk-nepuk wajahku.
“Aaah tidak, semoga hanya mimpi.” Sergahku.
Setelah mimpi buruk itu, sampai paginya aku tidak bisa tidur. Sudah pukul 05.30 kuputuskan untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.
“Pagi sayang.” Sapa mama sembari mengecup keningku.
“Ehmmm, pagi mama.” Jawabku dengan suara yang lemas.
“Kamu kenapa sayang? Gak enak badan? Kok pucat gini wajah kamu?”
“Riri gak apa-apa kok mah, Cuma gak bisa tidur aja semalam. Papa kemana mah? Tumben belum turun.”
“Ooh, papa masih dikamar, masih siap-siap. Beneran gak apa-apa sayang?” tanya mama memastikan.
“Iya mah, Riri gak apa-apa kok mah.” Jawabku dengan senyuman yang lebar. Maaf mah, Riri bohong.
Setelah aku dan papa selesai makan, kami langsung berangkat ke sekolah bersama-sama. Kali ini aku nebeng papa, hehe si Rered masih dalam masa penyembuhan. Setengah jam pun berlalu, aku sudah tiba di depan gerbang sekolah.
“Riri masuk dulu ya pah”
“Iya sayang, hati-hati”
“Iya pah.. bye papa.”
Akupun turun dari mobil dan bergegas menuju ruang kelasku yang berada di lantai 2. Yeps, kelas XI Bahasa. Aku berjalan menyusuri lorong kelas, menaiki tangga permanen. Sayangnya gak ada lift ataupun eskalator disini.
“Yuhuuuu.... Ohayou gozaimasu Hikaru Yuri.” Sapa seseorang dari kejauhan.

Kalian tau dia siapa? Suara yang cempreng, setiap teriak bikin telinga hampir pecah. Yups, sudah pasti si Melly. Eeiitttsss bukan Melly yang musisi itu lo ya, jangan salah tebak. Kalau Kak Melly yang itu (musisi) udah pasti suaranya enak di denger, kalau yang ini beeuuuhh... Tutup telinga kalian ya. Sorry ya Mel, hihi. Dia salah satu temenku dikelas, yaa cukup dekat sih kita berdua.
“Sejak kapan lu belajar bahasa Jepang kek gitu Mel?”
“Sejak deket ame elu lah Ri, kan gue juga pengen belajar begituan Ri.”
“Mel, Mel. Gue aja dirumah gak pernah ngomong pake bahasa Jepang sama mama dan papa. Lebay luu ah.” Timpalku sambil meninggalkan Melly.
“Ahh.. Riri mah gitu orangnya.” Teriak Melly.  
Jam pelajaran pun berlalu, sudah pukul 13.30 ternyata. Sudah waktunya pulang, namun aku dan Melly memutuskan untuk pergi ke perpustakaan mencari materi untuk presentasi Bahasa Inggris minggu depan. Setelah mengumpulkan beberapa materi, aku dan Melly pun segera pulang. Dan kali ini ganti aku yang nebeng ke Melly. Setelah sampai rumah, Melly pun langsung tancap gas motornya menuju ke perumahan Griya Cahaya. Yak, that’s right! Itu rumahnya si Melly.

****

            Kriiiiiing kriiiiing kriiing. Alarm pun berbunyi, udah weekend aja nih. Pagi weekend, apa kabar weekend? Hoaamp, rasa kantuk masih membuat mata ini enggan melek. Kutarik selimut lagi, maksudnya mau nambah jam tidur gitu. Tapi, saat mau tidur aku baru ingat ada janji sama Miss cempreng, hmm tau kan maksudnya siapa? Tebak sendiri ya reader. Ku urungkan niatku untuk menambah jam tidur, kurapihkan kamar tidurku dan cuuss mandi.
            Setelah selesai prepare, aku turun ke ruang makan untuk sarapan pagi. Hari ini gak makan nasi dulu deh, bukannya mau diet sih cuma lagi males makan aja. Ku ambil susu coklat kesukaanku yang sudah tersedia dimeja makan.
            “Ohayou okaasan, otousan.” Sapaku pada mama dan papa.
            “Ohayou Riri chan, gimana tidurnya? Nyenyak?” tanya papa.
            “Nyenyak banget pah, akibat kemarin banyak kegiatan kali ya pah?” Jawabku.
            “Haha kamu itu, kalau udah banyak kegiatan udah lupa istirahat. Hari ini mau kemana? Pagi-pagi udah rapih, hmmm.. udah wangi lagi. Mau kencan ya?” Tanya papa sembari tertawa kecil.
            “Kencan? Iya pah, abis ini mau kencan sama si Cempreng.” Jawabku sedikit ketus.
            “Si Cempreng? Temen kamu yang kapan hari main kesini? Siapa namanya? Papa lupa.”
            “Si Melly pah. Lucu deh pah dia, masa iya beberapa hari yang lalu dia nyapa pake bahasa Jepang. Dia bilang mau belajar bahasa Jepang setelah kenal Riri pah, tapi Riri gak yakin deh alasan dia kayak gitu.” Ceritaku pada papa.
            “Ya udah, sana berangkat. Tuh si Rered kamu udah siap. Kemarin udah diambil sama Pak Budi. Inget, hati-hati lo naik motornya. Jangan sampe jatuh lagi. Ngerti?”
            “Iyaaa papa, makasih papa sayang.” Aku memeluk papa dan mencium pipinya.
            “Riri berangkat dulu ya pah, mah. Byeee....”

Tok tok tok. Ku ketuk pintu, dan Bi Inah yang muncul di balik pintu.
“Pagi Bi Inah.” Salamku pada bi Inah.
“Eeeh non Riri, pagi juga non. Ayo non masuk. Nyari neng Melly non?” tanya bi Inah.
“Iya bi, Melly dimana bi?”
“Ada dikamarnya non, langsung aja kesana non bibi siapkan minum dulu ya non. Mau minum apa non?
“Ehmm terserah deh bi, aku langsung kesana ya bi?”
“Mangga atuh non.” Bi Inah mempersilahkanku, lalu menuju ke dapur.

Kususuri rumah Melly itu dan menuju ke lantai 2 dimana kamar Melly berada. Ku lihat di sebelah kamar Melly banyak terdapat lukisan-lukisan yang indah, ditambah dengan foto-foto Melly, keluarganya ataupun adiknya si Aga. Kupandangi dari dekat, terdapat juga beberapa layang-layang yang mungkin itu punya Aga dan layang-layang itu sukses membuatku sedikit merinding. Ku berbalik arah dan menuju kamar Melly.
Tok tok tok.”Mel, gue udah dateng nih.” Kataku.
“Masuk aja Ri, pintunya gak gue kunci kok.” Sahut Melly dari dalam.

Kubuka pintu kamar Melly, daaannn.....
“Oh God, apa-apaan lu Mel? Gue dateng kesini pagi-pagi, eeh elu malah masih dibawah selimut aja. Buruan bangun Mel.” Suruhku sambil menarik selimut Melly.
“Masih ngantuk gue Ri, siniin aah selimut gue.” Rampasnya dari tanganku.
“Eh, elu tu ya.. emang lu habis begadang semalem? Elu kan gak kuat begadang. Hmm ada yang gak beres nih.”
“Iye... iyee... gue ngaku, semalem gue nemenin Boby ngerjakan proyek barunya.” Jelas Melly.
“Yaeah Mel, kalau lu gak kuat begadang kan harusnya bilang sama Boby. Dan pastinya Boby juga bisa ngerti kan? Ya udah gih sana mandi, udah siang Mel.”
“Iye Ri, 10 menit lagi ya gue mandinya.” Jawab Melly ogah-ogahan.
“Eiiittss... gak bisa. Sekarang lu mandi, gue tunggu dibawah. Oke nona Cempreng?”
“Yuuuurrriiiiiiii.” Teriak Melly.

Aku tertawa mendengar teriakan Melly, dan aku meninggalkan kamarnya, menuruni anak tangga yang berada disebelah kiri kamarnya. Aku menuju ke halaman belakang, menunggu digazebo dekat kolam renang. Kolam renang yang bersih, banyak juga tanaman-tanaman yang ditanam disini. Terdapat juga beberapa layang-layang yang menempel di dinding bagian utara, yang mungkin memang sengaja digantung disana. Tepat! Seperti tempat penyimpanan layang-layang milik Aga.
Hah... Layang-layang. Rasanya seperti flashback ke 10 tahun yang lalu saat melihat layang-layang miliknya.
“Tidak, tidak.” Sergahku lagi.
“Pantengin ape lu Ri?” suara Melly memecahkan lamunanku.
“Elu Mel, bikin kaget aja. Enggak sih, cuma lihat layang-layang koleksinya Aga.” Kilahku.
“Kok kayaknya sedih gitu?” tanya Melly.
“Kagak Mel, ya udah yuk belajar. Katanya lu mau belajar bahasa Jepang.” Ajakku.
“Ayuuuukkkk..” jawab Melly bersemangat.

Kami pun mulai belajar, dengan beberapa kata dasar yang pernah gue pelajari saat masih kecil di Negeri Sakura itu. Yups, saat kecil aku memang sempat tinggal disana sekitar 8 tahun. Disela-sela kami belajar, kami juga sering bercanda.
“Mel, lu masih inget kan kejadian beberapa tahun lalu? Yang pernah gue ceritain dulu Mel.” Tanyaku.
“Ehmm, kejadian yang waktu lu masih umur 10 tahun dulu?” tanya Melly balik
Aku mengangguk.
“Masih kok Ri, emang kenapa?” tanyanya.
“Beberapa hari yang lalu gue mimpi kejadian itu Mel.”
“Hah? Serius lu Ri? Terus lu gak apa-apa kan?” tanyanya lagi.
“Ya gue sih gak apa-apa Mel. Tapi kejadian itu sama persis kayak yang gue alami dulu. Dan bukan cuma sekali itu aja gue mimpi itu, kemarin pun gue mimpi lagi. Kenapa ya Mel?”
“Itu sebabnya wajah lu berubah jadi sedih tadi? Pas lihat layang-layang koleksi Aga?” tanya Melly lagi dan lagi.
Aku mengangguk.
“Mungkin gak sih kalau itu adalah suatu pertanda Mel?”
“Ehm, bisa jadi sih Ri. Udah jangan sedih, berdo’a aja semoga hal itu gak terjadi sama elu ataupun orang lain. Oke?” katanya menyemangatiku.
“Iya Mel, makasih ya Nona Cempreng.” Jawabku sambil memeluknya.
“Aaah Yuri mah reseh orangnya.”  Kata Melly.

Akupun tertawa mendengar omelan Melly. Hari itu kita selesai belajar pukul 13.00. Belajar? Belajar apa saling curhat nih? Ehm.. ya gitu deh pokoknya.

****

            Hari terus berganti, rasa bosan telah menyelimuti fikiranku. Kuputuskan untuk membawa Reddy jalan-jalan. Tak jauh dari kediamanku, kulihat anak kecil yang sedang menangis sesenggukan dipinggir jalan. Ku kira anak hilang yang ditinggal orang tuanya, atau anak tersesat yang tak tau arah jalan pulang (itu mah lagu).  Aku berhenti dan bertanya padanya, ternyata layang-layangnya putus dan nyangkut dipohon seberang jalan. Ku lihat pohon itu, dan yups.. memori 10 tahun yang lalu kembali menghantui fikiranku. Aku sedikit pusing, mataku berkunang-kunang dan hampir terjatuh. Setelah aku beristirahat sejenak, aku berdiri dan berjalan menyebrang jalan untuk mengambil layang-layang miliknya.
            Braaakkkkkkk... “Awww..” aku mengaduh kesakitan.
“Mbak, maaf maaf.” Seorang laki-laki membantuku berdiri dan berjalan menuju trotoar. “Mbak nggak apa-apa kan? Aku antar kerumah sakit ya mbak.” Ujarnya sembari menitihku.
“Hmm,gak apa-apa kok mas. Cuma luka dikit aja.” Sahutku. Kulihat siku dan lututku berdarah. Kurasakan pusing di kepalaku, saat ku pegang ternyata keningku pun berdarah. “Mas, gak perlu antar ke rumah sakit, rumahku dekat sini kok.” Kataku lagi.
“Ya udah mbak, ayo aku antar kerumah.” Ajaknya. Dia membuka pintu mobil dan menyuruhku masuk.
Setelah sampai dirumah, kuajak dia masuk menuju ruang tamu. Dia membopongku dan menyuruhku duduk disofa. Dia kemudian bertanya dimana letak P3K, ku tunjuk kotak yang berada di sebelah TV lalu diapun mengambilnya dan segera mengobati lukaku. Masih kurasakan sakit dilutut juga di kening. Dia mengobati lukaku dengan hati-hati, dan membalutnya dengan kain kasa.
“Thank you yah mas udah mau nganterin kesini.” Ujarku.
“Itu sudah kewajiban saya mbak, karena saya mbak jadi begini.” Jawabnya. “Tapi tadi, mbak mau nyebrang kemana sih? Sampe gak tengok kanan-kiri gitu?” tanyanya.
“Hmm, mau ngambil layang-layang mas. Tadi ada anak kecil gitu di pinggir jalan, terus karena kasihan ya aku samperin dia. Katanya sih layang-layangnya nyangkut di pohon, makanya tadi aku buru-buru nyeberang karena mau ambil layang-layang itu.”
“Ooo gitu, tapi kan bahaya banget kalau sampe mainan layang-layang dipinggir jalan. Saya pun suka layang-layang tapi gak pernah main dijalanan. Yaa resikonya besar banget.” Jelasnya. “Oh iya mbak, nama mbak siapa? Sampe kelupaan tanya nama mbak. Aku Ken.” Sambungnya.
“Yuri. Panggil aja Riri.” Sahutku sambil membalas uluran tangannya.

Perkenalan kami pun dimulai, kami saling melempar pertanyaan dan aku sesekali tertawa mendengar ceritanya. Ternyata dia mempunyai hobi yang sama dengan kakaku, Ichiro. Mereka sama-sama menyukai layang-layang. Saat mendengarkan ceritanya,aku  bagaikan dibawa ke kejadian 10 tahun silam. Dadaku mulai terasa sesak, dan air mata mulai menetes mengenangnya. Ken bertanya padaku, dan aku membalasnya dengan menceritakan kejadian yang membuatku trauma dengan layang-layang.
“Bahkan, jika aku melihat layang-layang ingatanku akan kejadian itu terus menghantui. Aku sering menyalahkan diriku sendiri karena waktu itu aku mengajak Ichiro untuk bermain layang-layang di halaman depan. Aku benar-benar merasa menyesal karena itu.” Lanjutku menceritakan hal yang membuatku trauma sampai saat ini, sambil sesekali menyeka air mataku yang mengalir dengan deras.
“Maaf ya Ri, aku gak tau kalau kamu trauma dengan layang-layang. Hmm.. gini deh, boleh gak aku jadi teman kamu?” kata Ken.
“Ya bolehlah Ken, emang ada larangan gak boleh berteman denganku gitu ya di depan sini.” Jawabku sambil menunjuk keningku. Dan dia tertawa.
“Kalau boleh, mulai lusa aku akan mengajakmu bermain layang-layang. Yah, siapa tau trauma kamu bisa hilang walaupun aku bukan dokter terapist sih.” Candanya.
“Kamu ini, bisa aja bikin orang ketawa. Kamu serius dengan tawaran kamu itu? Soalnya aku bener-bener trauma dengan itu. Melihatnya aja aku sudah hampir pingsan, apalagi memegang ataupun menerbangkannya.” Ujarku.
“Tenang, yang pasti kita bermain di tempat yang nyaman kok bukan dihalaman depan yang dekat jalan raya.”sindirnya sembari tertawa kecil.
“Ya ya ya ya, boleh deh. Siapa tau dengan tawaran itu traumaku perlahan akan menghilang.” Akupun meng“iya”kan tawaran dari Ken.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Ken memohon diri untuk pulang, and once again I say thank you to him. Dia membalasnya dengan senyuman juga melarangku untuk mengantarkan sampai depan pintu karena keadaanku yang belum stabil. Diapun berlalu, kulihat dia sampai pintu tertutup. Dapat kudengar mobilnya sudah meninggalkan bangunan ini.
Aku merebahkan tubuhku disofa. Ichiro, apa maksud dari mimpi itu ini? Mimpi yang sama dengan kejadian 10 tahun silam, yang masih saja membuatku trauma sampai saat ini. Mimpi yang mengisyaratkan aku akan bertemu dengan seseorang yang sehobi denganmu, dan mungkin dia akan membantuku untuk kembali suka dengan layang-layang sepertimu? Aku merindukanmu, Ichiro. Aku rindu saat-saat bermain layang-layang denganmu. Semoga saja Ken bisa membuat traumaku hilang sehingga aku bisa bermain layang-layang lagi seperti dulu lagi.

--THE END--

Layang-layang

Posted by Unknown
Jumat, 23 Oktober 2015
Hmm hello.. How are you? Balik lagi saya disini untuk ngeshare RPP nih. Kali ini saya mau sharing sama temen-temen semua RPP bahasa Inggris dengan Kurikulum 2013. Hmm, ya walaupun sekarang sudah tidak memakai Kurikulum ini. Mungkin masih dibutuhkan buat nyari referensi.

Okay, Check this out!!!

RPP Bahasa Inggris XI SMK-Invitation
RPP Bahasa Inggris XI SMK- Letter

Silahkan di download, dan semoga bermanfaat...
Happy Learning.. ^_^
Jumat, 16 Oktober 2015
Wow, sepi amat yak disini. Banyak sarang laba-labanya pula #eh!. Kayaknya udah lama nih, gak ada penghuninya (penghuni?). Sekarang tuan rumahnya udah balik nih, udah hambir setahun non aktif juga sih ya. (Emang selama ini kemana?) Ehmm selama ini sih mimin fokus dulu sama Skripsi, (Ciieeeh...).

Untuk tayangan perdana kali ini (Kayak sinetron aja min) mimin mau share tentang Lesson Plan for Reading skill, untuk materi Narrative text kelas XI SMA. (Kurikulumnya?) Kurikulum kali ini balik lagi ke kurikulum yang lama sebelum K13.  Yeps, kurikulum yang digunakan adalah KTSP...

Yeps, yang lagi perlu Lesson plan silahkan download disini yak...

Lesson Plan Reading Skill-Narrative text (XI)
Selasa, 26 Agustus 2014




Bagaimana kabarmu sekarang? Kata itu yang terlintas dibenakku, ketika aku mulai mengingatnya. Mengingat setiap canda, tawa, dan juga senyum itu. Aku mulai berada dalam lamunan panjangku. Masa lalu bersamanya.
Awalnya aku kenal sama Nico, dari sahabatku Angel. Nico adalah teman Angel dan sudah lama saling kenal. Saat itu Angel banyak cerita tentang Nico, aku jadi penasaran sama Nico, siapa sih Nico? Selang beberapa bulan Angel memberiku sebuah nomor handphone, yang dia bilang nomor itu adalah nomor Nico. Kenapa dikasih ke aku? Angel bilang biar aku bisa kenal sama Nico, dan siapa tau bisa jadian suatu hari nanti, candanya. Lalu aku save nomornya.
Angel juga bilang kalau Nico sudah tau aku, kok bisa? Ya bisa lah, dia tau fotoku dari Angel juga. Di ponsel Angel ada beberapa fotoku yang memang sengaja aku save di sana. Setelah dia tau, dia bilang ke Angel kalau Nico pengen kenal sebegai teman sama aku. Beberapa hari setelah diberi nomor ponsel Nico oleh Angel, dia mulai mengirim pesan singkat padaku. Menanyakan nama, dan ingin menjadi teman. Sudah hampir 1 tahun kita saling kenal, hal itu membuat aku menjadi nyaman berteman dengannya, ada sedikit rasa suka yang tersimpan dihatiku. Hanya sekedar suka sebagai teman. Namun, seiring berjalannya waktu perasaan suka itu menjadi perasaan cinta.
Dan hampir 1 tahun itu juga, kami memutuskan untuk bertemu di salah satu Mall di Kediri. Kami saling menyapa, dan tak ketinggalan juga Angel ikut bersama kami. Setelah itu aku dan Nico menjadi semakin dekat, kedekatanku dengan Nico membawaku dalam cerita cintaku.
Biib... biiib... biibb... saat itu ponselku berbunyi, sebuah pesan darinya.
Nico:
Heeii... aku pengen cepet-cepet pulang niih... terasa kangen banget sama kamu heheh
Lalu aku balas pesan itu.
                Agnes :
                                Huuuuh.... tetep aja ngegombal, raja gombal...
                Nico :
Terserah deh mau bilang gw raja gombal... yang penting gw kangen ma kamu.. sampai ketemu disana ya Lumuuttt....
Aku pun tersenyum melihat pesan yang ada di ponselku, sejujurnya aku juga kangen banget sama dia. Karena sudah dia lama tidak pulang.
Eeehh.... lupa nih belum ngenalin diriku, Aku Agnesia, biasa di panggil Agnes... pesan diatas itu dari temenku namanya Nico. Yuuk lanjut baca ceritanya...
****
Treeettt..... teeeett...... teeettt
Bel sekolah berbunyi, tanda jam sekolah telah usai. Ku kemasi buku-buku yang berantakan di atas mejaku. Kemudian aku berjalan menyusuri koridor kelas menuju ke gerbang sekolah. Tiba-tiba ada yang mengagetkanku dari belakang.
“Wooooyy.....  sendirian aja niih?”
“Iiiihhh dasar Angel ... seneng banget siih ngagetin aku.” Omelku.
“Hehe... sorry Nes, Emang aku sengaja kok, peace. Eh tumben kamu pulang sendiri?”
“Lha emang biasanya kamu tau aku pulang sama siapa?”
“Yaaa... gak sih Nes, tapi kayaknya kamu ada yang jemput deh tu di depan gerbang.”
“Siapa? Bokap aku ya?
“Bukan deh Nes, dah pokoknya dia ganteng deh, nyesel kalo gak pulang sama dia. Nes aku pulang duluan yah, Udah di jemput soalnya. Bye...”
Aku melambaikan tanganku sebagai tanda perpisahan, ehh tunggu deh Sii Ganteng? Siapa yang dimaksud Angel? Aku mengangkat bahuku sendiri dan berjalan lagi menuju gerbang sekolah.
“DuuH... Kayaknya lemes banget, capek ya?”
Aku berhenti sejenak, sepertinya aku kenal suara itu. Seperti suara Nico, tapi apa mungkin? Lalu aku menengok ke belakang, didepanku berdiri sosok laki-laki tinggi, kulit kuning langsat, dan body tidak terlalu kurus.
“Nico? Ngapain disini? Kapan pulangnya?”
Sederet pertanyaan ku lontarkan padanya. Namun sebuah pukulan kecil yang mendarat dikepalaku. #plaak...
“Bodoh!! Aku disini nungguin kamu, mau jemput kamu. Udah jauh-jauh datang, bukan disambut malah dikasih sederet pertanyaan bodoh.”
“Iiih... Pertanyaan bodoh? Emang salah ya tanya gitu, kan pengen tau?”
“Udaah, jangan banyak tanya. Ayo sekarang ikut aku.”
“Kemana?” tanyaku.
“Dasar Cebol... Udah ayo buruan naik.”
Kemudian aku naik dimotornya, diapun menyalakan Tigernya yang gagah. Si Tiger melaju dengan cepat, di tengah perjalanan mencul sederet pertanyaan di benakku.
Kapan dia pulang? Tiba-tiba nongol, gak kasih kabar. Terus langsung ngajak pergi gitu aja, emang mau kemana sih? Kok buru-buru amat. Omelku dalam hati. Tiba disuatu tempat yang terasa asing bagiku. Ini dimana?
“Udah sampai, cepat turun. Kasihan motorku kalau lama-lama kamu naikin.”
“Uuuh gitu banget siih, ya udah aku pulang aja.”
“Eeeiiittss.... Mau kemana nona pendek?” tanyanya sambil menarik jaketku.
Apa?? Dia panggil aku pendek??? Kata-kata yang sangat aku benci, yaa walaupun sebenarnya aku memang pendek, hehe. Dia menarik tanganku, dan mengajakku duduk di kursi sebelah danau.
“Waahh Danau...pemandangan yang indah, sejuk pula. Tumben ngajak ke danau, mau ngapain?” tanyaku.
“Mau renang.” Jawabnya singkat.
“Serius Ko? Bukannya malah enak dikolam renang yah Ko?”
#PLAAKKK.... pukulan itu mendarat lagi dikepalaku. Aku mengernyitkan dahiku.
“Duhh..punya temen, bodohnya tetep aja dipelihara. Bodoh kok gak hilang-hilang siih? Siapa juga yang mau renang, suasana romantis gini kok malah mau renang Me.”
Ini yang belum aku ceritakan, kami berdua punya nama untuk memanggil salah satu diantara kami. Dia panggil aku Lumut atau Meme, sedangkan aku panggil dia Semut atau Koko. Kembali kecerita lagi....
Suasana romantis apa? Apanya yang romantis? Lalu buat apa dia mengajakku kesini? Beribu pertanyaan menyerang pikiranku. Keheningan merubah suasana yang riuh oleh canda kami, kurasakan suasana yang berbeda disini. Sejuk dan Romantis, tidak salah juga sih apa yang dia bilang.
“Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu Me.” Katanya memecah keheningan.
“Mau ngomong apa Ko? Kok kayaknya serius banget, ada yang penting ya? Sampai ngajak kesini.”
“Kalau dibilang penting, ya penting banget.” Jelasnya singkat.
Keheningan terjadi lagi. Hanya suara burung yang mengiringi keheningan di antara kami. Aku pun terdiam, memandangi sekitar danau dimana kami berada sekarang.
“Me, kalau boleh jujur udah lama aku suka kamu Me. Mau kan Meme jadi cewekku?”
Deg!!! Aku kaget, jantungku berdetak cepat. Sosok laki-laki yang terlihat cuek, super bawel ini bisa menyatakan perasaannya padaku secepat ini. Aku masih terdiam, rasa bingung, kaget, canggung semua memenuhi benakku. Apa yang harus aku katakan? Jawaban apa yang harus aku lontarkan? Kebingungan terus berada di benakku.
“Gak perlu di jawab sekarang kok Me, mungkin Meme bingung dengan apa yang aku bilang barusan.”
Aaaahh.. Aku semakin bingung.  Aku harus jawab apa? Ya Tuhan, beri aku petunjuk-Mu. Dengan gemetar, aku mulai membuka mulutku. Memberi kata-kata sebaik mungkin.
“Ehhmm... Ko, itu... eh anuu.” Aku bingung, menggaruk-garuk kepalaku.
“Ada apa Me?”
Dengan pelan-pelan aku mulai memberikan sebuah jawaban padanya.
“Yaah.. akuu... eemm akuu.. Aaah iyaa aku juga suka sama Koko.” Jawaban terbaik yang aku katakan padanya.
“Really? Beneran apa yang kau bilang barusan Me?”
“Iya Ko, aku beneran.” Kataku sambil tersenyum.
Ditariknya tanganku, dipeluknya tubuhku. Aku hanya diam, dan membalas pelukannya. Kurasakan pelukan yang nyaman darinya. Tiba-tiba dia mencium keningku, nyaman dan suasana menjadi romantis. Lalu biiibbb... biiibb...bbiiib, ponselku berbunyi. Siapa lagi yang SMS?  Langsung kucari ponselku dan membaca pesan yang tertulis dilayar ponselku. Pesan dari Angel, ada apa ya?
Angel :
Agggnneeesss..... kamu ada dimana? Aku ada dirumah kamu ni sekarang, lama amat sih keluar rumahnya...
                Ku tekan replay..
                Agnes :
Sooorrryyy Ngel.. nih aku keluar ama Nico, hehe. Iya bentar lagi aku pulang kok, tunggu bentar yah....
                Ku klik “OPTION” lalu “SEND”. Berees..!!!
                “SMS dari siapa Me?” tanyanya.
                “Ooh ini dari Angel Ko, dia ada dirumahku sekarang.”
                “Ya sudah, ayo pulang. Kasihan dia nunggu sendiri dirumah.”
                “OK.. lagian ini juga sudah sore Ko.” 
                Kami pun pulang membawa suatu hal yang sangat istimewa bagi kami. Terima kasih Tuhan, atas semua anugerah yang Kau beri padaku hari ini. Amin.
****
Singkatnya sudah hampir setahun aku dan Nico jadian, cukup lama juga. Dan itu membuatku semakin lebih mengenal kepribadiannya. Orang yang dulu ku anggap cerewet dan cuek, ternyata mempunyai rasa sayang dalam setiap kata dan perasaannya. Ku ambil ponselku dan mengetik sebuah pesan untuknya.
Agnes :
Ko, lagi dimana sekarang? Ada latihan basket yah? Eehmm jangan lupa makan juga yah Cemot... miss you Ko...
                Klik option, lalu send. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 16.00. Lama ku menunggu balasan pesan darinya, tetapi tidak ada satupun balasan pesan darinya. Kemana sih dia? Apa mungkin dia sibuk? Atau lagi ke Gereja? Perasaan khawatir mulai menyelimuti benakku.
                Dan kini, sudah seminggu lebih dia tidak memberi kabar padaku. Aku benar-benar cemas dan bingung. Apa yang terjadi dengannya? Dimanakah dia? Apakah dia baik-baik saja? Aku berangkat sekolah dengan pikiran yang kacau. Dalam belajar disekolahpun aku tidak bisa konsenterasi, tiap kali pun aku ditegur sama Guru. Heeiii Ko, kamu dimana? Pertanyaan itu terus ada dibenakku. Angel yang duduk disebelahku terus-menerut melihat ke arahku.
                “Kamu kenapa sih Nes? Kok dari tadi ngelamun mulu, gak konsent belajar pula. Emang ada masalah apa sih?”
                “Haah.... Aku gak tau Ngel, udah semingu lebih Nico gak ngasih kabar, Handphonenya juga gak aktif. Aku takut kalau dia kenapa-kenapa Ngel.”
                “Maksud kamu dia sakit gitu?”
                “Iya Ngel.. aku takut banget.”
                “Udah dong Nes, jangan khawatir. Mungkin aja dia masih sibuk, atau ada kegiatan basket. Ya kita berdoa aja semoga gak terjadi apa-apa sama Nico ya..”
                Aku mengangguk pelan. Aku mencoba tenang, dan selalu berdoa.
Trreeetttt.... teeett.... teeeeetttttt
Bel pulang sekolah berbunyi, aku pulang sekolah dengan mengendarai maticku. Setibanya dirumah, aku masuk kekamarku untuk melepas lelah. Ku letakkan tas diatas meja belajar, ku baringkan tubuhku diatas tempat tidur. Biiib...biiibb....biibbb.... Ponselku berbunyi, aku harap itu dari Nico yang sudah 2 minggu ini dia menghilang. Kulihat layar ponselku. Dari Nico??? Aku melonjak dari tempat tidur, dan langsung kubuka pesan itu.
Nico :
Meme.... aku kangeen.... maaf aku gak pernah ngasih kabar selama 2 minggu ini, bukannya aku gak sayang sama kamu Me, tapi aku harus keluar kota untuk kagiatan basket. Dan aku gak pernah lupa dengan apa yang Meme pesan sama aku, besok aku akan pulang tunggu aku ya Luummuuttt..... I LOVE YOU....
                Dasar Koko, Puji Tuhan kalau dia baik-baik saja. Ku balas pesannya.
                Agnes :
                                Aaaaaahhhhhh....... cepet pullaang... Cuma itu yang Meme pengen.
                Ku kirim pesan itu. Kulihat jam dinding, eemm sudah menunjukkan pukul 22.00, ku tarik selimut dan tak lupa aku berdoa. Dan waktunya tidur.
****
                Pagi ini mentari bersinar cerah, memberikan cahayanya pada bumi, udaranya sejuk, ditambah kicauan burung yang membangunkanku dari lelapnya tidur. Hari ini, hari Minggu. Bangun pukul 07.00, bersih-bersih rumah dan nyuci baju. Kebetulah baju kotornya numpuk 1bak besar. Capeek.. selesai bersih-bersih pukul 08.00. Biibb.... Biiibb... biiiibbbb.. lagi-lagi ponselku berbunyi, dari Nico.
                Nico :
Aku sudah sampek rumah, buruan mandi. Nanti jam 10.00 aku jemput dirumah kamu. OK.
                Agnes :
                                Siiiaaapp Ko, aku tunggu yaah...
                Sehabis mandi, ku dengar suara sepeda motor memasuki halaman rumah. Suara motor yang tidak asing lagi ditelingaku. Yaaa benar sekali, itu suara motornya Nico. Kuberjalan kedepan rumah dan membuka pintu gerbangku.
                “Cepet naik... aku udah gak ada waktu lagi.” Katanya
                “Kemana?”
“Udah buruan naik, ikut aku sekarang.”
Langsung dia putar balik motornya. Tigernya melaju dengan cepat. Selalu saja datang dengan tiba-tiba, dan mengajak pergi begitu saja. Seketika sampai juga di tempat yang dulu pernah kami kunjungi bersama. Yuups.... benar sekali tempat itu Danau. Aku duduk ditempat dimana kita duduk bersama seperti dahulu. Diapun duduk bersandar disebelahku. Kulihat wajahnya yang tampak pucat.
“Koko sakit?”
                Kutempelkan punggung telapak tanganku kedahinya.
                “Kok panas banget sih Ko? Ayo kita periksa kedokter.” Ajakku.
                “Heeii cebol, aku gak apa-apa kok, aku Cuma capek aja.”
                “Bodoh!!! Ini bukan kecapekan, tapi sakit Ko.” Omelku.
                “Sssttt.... mungkin jika aku bersamamu hari ini, aku akan sembuh.” Ujarnya.
                Lalu dia menyandar dipundakku. Sejenak suasanya menjadi hening.
                “ Me, aku sayang banget sama kamu, aku gak pengen jauh dari Meme, aku pengen selalu ada sama Meme, dimanapun Meme berada.”
                “Mulai deh ngegombal.” Timpalku.
                Nico hanya tersenyum, entah mengapa hari ini dia terlihat sedih. Tetesan air mata mulai jatuh dari matanya.
                “Heeii... kok nangis? Ada apa Ko, apa ada masalah?”
                “Eh, hehe gak kok Me, Cuma kena debu aja kok.” Elaknya.
                “Dasar aneh!! Tiba-tiba nangis.”
                “Aku hanya ingin hari ini bersamamu.”
                Dia memelukku erat, dan menangis. Aku semakin bingung, ada apa dengan dia? Tak biasanya dia seperti ini. What happen? Aku mencoba menenangkannya dengan kasih sayangku. Dia mulai berbicara.
                “Aku gak mau jauh dari kamu.”
                Aku hanya diam, dan mendengarkan apa yang dia ucapkan padaku.
                “Aku pengen jaga Meme, tapi aku gak bisa. Aku pengen bermain sama Meme dan Angel. Tapi aku gak mau jauh dari Meme, aku pengen slalu sama kamu.” Rengeknya.
                Aku semakin tidak mengerti apa yang dia maksud. Pergi? Jauh? Emang dia mau kemana? Kenapa dia jadi sesedih ini jika dia mau mengikuti pertandingan basket? Pikiranku jadi tidak karuan.
                “Koko ini ngomong apa? Meme gak ngerti.”
                “Aku gak akan lama disini Me, aku harus pergi, tapi aku gak mau jauh dari kamu. Aku pengen selalu sama kamu.”
                “Emang Koko mau kemana?” Aku makin bingung.
                “Aku harus ke Singapura Me.”
                Apa? Singapura? Buat apa dia kesana?
                “Ada urusan apa, sampai keluar negeri segala? Apa ada pertandingan basket?
                “Bukan Me, tapi ada urusan pribadi dikit yang gak bisa aku ceritakan sama kamu.” Katanya sambil melepas pelukannya padaku.
                “Eeemm Me, boleh gak aku pinjam buku kamu?”
                Aku mengangguk dan segera mengambil notebook didalam tasku. Lalu ku berikan sama dia.
                “Aku tinggal bentar yah, tapi jangan kemana-mana. Tunggu aku disini.”
                Aku mengangguk lagi. Dia segera meninggalkanku duduk sendiri. Kulihat dia mulai membuka lembar demi lembar notebookku. Kuperhatikan apa yang dia lakukan. Entah apa yang dia tulis disitu. Dia terlihat sedih dan dia menangis. Kata demi kata dia tulis, mulai menggoreskan tinta bolpoin di atas kertas. Selesai menulis, dia beranjak dari duduknya, dia jalan dan kembali duduk disampingku. Wajahnya masih terlihat sedih, dan pucat. Kenapa dia? Nico kembali dan tersenyum. Senyum yang berat, tidak seperti yang biasa aku lihat. Nico mengajakku pulang dengan senyum kecil menghiasi wajahnya.
****
                3 minggu setelah kejadian di danau itu,malam hari saat aku mau tidur, aku baru mendapatkan pesan dari Nico. Lalu kubuka pesan singkat itu.
                Nico :
                                Me... besok pagi aku mau mampir kerumah kamu, sebelum aku berangkat ke Bandara. Ada sesuatu yang mau aku kasih sebelum aku pergi.
                Agnes :
                                Iya Ko.. besok aku tunggu dirumah.
                Dan keesokan harinya Nico datang bersama kakaknya Kak Fesia. Kupersilahkan mereka masuk kerumah.
                “Silahkan masuk Ci.” Ajakku.
                “Iya, makasih Me. Kok sepi, keluarga pada kemana?” tanyanya.
                “Kebetulan mereka lagi pada keluar rumah Ci, Koko udah siap kebandara?”
                “Siap gak siap harus pergi juga tau.”
                Huuuh... sikap cueknya tetep aja gak berubah.
                “Kemarin aku bilang mau ngasih sesuatu kan, sebelum aku berangkat kebandara? Nih ada kado buat kamu.” Memberikan kotak besar berwarna biru kepadaku.
                “Apa ini?” hendak ku buka.
                “Eehh... eeh.. jangan dibuka dulu. Inget ya ada perintah buat buka kado itu. Karna itu spesial.”
                “Mau buka kotak ini pake perintah juga? Kaya petinggi kerajaan aja.” Omelku.
                “Cerewet!!! Pesannya jangan dibuka dulu, sebelum Ciciku yang ngasih perintah buat dibuka, ngerti Cebol?”
                Aku melihat kearah kakaknya dan Kak Fesia hanya tersenyum. Dasar nico aneh!!! Batinku.
                “Okelah akan aku inget.” Kataku.
                “Ya udah, aku sama Cici mau berangkat ke bandara. Pesawatnya udah mau berangkat.” Pamitnya.
                Lalu aku antar mereka sampai ke pintu gerbang rumah, dan Nico membisikkan sesuatu untuk yang terakhir kali sebelum dia menuju bandara.
                “Jangan kangen sama aku, inget aku akan selalu ada dengan kamu. Kalau kangen ada sesuatu dikotak itu yang bisa ngobatin rasa kangen kamu sama aku. Aku cinta kamu selamanya. Aku cinta Lumut Ijo.” Kata Nico sambil tersenyum.
                “Dasar gombal..”
                Ku pukul pundaknya, Nicopun hanya tertawa. Dia masuk ke mobil dan melambaikan tangannya padaku. Ku balas dengan melambaikan tanganku juga. Lalu mobil itu langsung pergi meninggalkan rumahku.
****
                2 bulan setelah dia pergi ke Singapura rasanya sepi, gak ada yang ngegombal, gak ada tawanya, senyumnya semuanya hilang. Aku mulai penasaran dengan kado yang diberikan Nico padaku. Apa sih isi kado itu? Kenapa harus pake perintah segala buat buka kado itu? Nico aneh deh, kaya pesan terakhir aja. Kapan ya Kak Fesia ngasih kabar atau hanya sekedar memberi tahu kalau kotak itu sudah boleh aku buka. Batinku.
                Tanggal 17 Januari 2010, tepat satu tahun aku jadian sama Nico. Walaupun dia jauh, aku tetap bahagia hari ini.
                “Pagi-pagi udah senyam-senyum sendiri, kenapa?” tanya Angel yang saat itu main kerumahku.
                “Ehhmm... gak ada apa-apa, cuman lagi seneng aja Ngel.”
                “Seneng kenapa? Apa menang lotre di supermarket kemarin? Haha.”
                “Enak aja, emang kemarin kita ikutan lotre disana? Enggak kan?”
                Biiibbb... biiib... biiib... bunyi ponsel tetep biib biib aja nih, kok gak diganti-ganti ya? Hehe namanya juga ponsel jadul, masih tetep nada pesan singkat masuk. Dari siapa ya? Ku lihat layar ponselku. Nico???? Apa dia sudah pulang dari Singapura?
                “Dari siapa Nes?” tanya Angel.
                “Ngel, pesan dari Nico. Apa Nico udah pulang ya dari Singapura?”
                Angel hanya terdiam.
                “Coba dibuka, siapa tau penting.” Jawabnya sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
                Aku mengangguk cepat, dan kubuka pesan itu.
                Nico :
                                Dek, maaf ya baru ngasih kabar. Apa kabar dek? Ini Kak Fesia, maaf kakak pake nomornya Nico. Kakak mau ngsih tau tentang pesan dari Nico dulu, sekarang kadonya boleh dibuka. Karena waktunya juga udah tepat buat buka kdo itu. Maaf Cici baru ngasih tau ya dek. Terima kasih.
                Sontak ku letakkan ponselku, dan aku berlari menuju meja belajarku. Ku ambil kotak biru itu dan kembali ke tempat tidur.
                “Kado apa itu Nes?” tanya Angel.
                “Kado dari Nico.”
                “Dari Nico?” tanyanya heran.
                Lalu ku buka kado itu, isinya Jaket Putih, boneka beruang biru,cincin dan selembar kertas. Selembar kertas? Apa isinya? Ku buka selembar kertas itu dan mulai aku membacanya.

                Dear : Meme yang aku Sayang....
Maafkan aku, jika selama ini aku sering membuatmu marah, sedih atau apapun karena sikapku. Dan maaf selama 2-minggu itu aku gak ngasih kabar ke Meme tentang keadaanku. Itu karena aku gak mau Meme sedih.
Happy Aniversary sayang.... tepat di tanggal 17 Januari 2010 ini kita jadian selama 1 tahun. Hehe gak terasa sudah 1 tahun ya, aku senang bisa mengenalmu lebih dekat. Mendapat kasih sayang dan sebuah cinta yang tulus darimu. Maaf ya Sayang, pada hari ini aku tidak ada bersamamu... Tapi, aku tetep sayang sama Meme sampai kapanpun...
Me... 2 minggu yang lalu aku sempat masuk rumah sakit, karena aku sakit Infeksi Lambung. Maaf kalau aku bohong ada kegiatan basket waktu itu, aku sengaja gak cerita kalau aku punya sakit ini. Aku gak mau melihat Meme sedih karena keadaanku. Sempat aku down banget waktu pergi kedanau untuk ke-2 kalinya bersamamu.
Aku menangis dalam pelukanmu, karena aku menahan rasa sakit itu, aku gak mau jauh dari Meme, dan aku juga gak mau ninggalin Meme. Aku sedih harus meninggalkan Meme sendiri disini. Masalah ke Singapura itu, maaf Me aku bohong sama Meme dan gak cerita lagi sama Meme. Aku disana operasi lambung me, rasa sakit ini terus aku tahan. Aku gak mau menjadi lemah, dan aku gak mau mengalah sama keadaanku ini. Aku harus kuat kan Me?
Mungkin saat Meme membaca surat ini, aku sudah tidak bisa melihat Meme lagi. Aku sudah pergi dari Meme, meninggalkan Meme sendiri. Dan aku gak akan bisa bersama Meme lagi.
Ini ada boneka beruang biru dan Jaket putih kesayanganku untuk Meme, buat ngobatin rasa kangen Meme sama aku. Dan pakai juga cincin ini, cincin sebagai simbol Cintaku sama Meme. Me... untuk kesekian kalinya, aku minta maaf sama Meme, karena aku tidak bisa bersamamu...
Aku harus pergi sekarang, 2 orang telah menjemputku. Pesanku jangan sedih ya kalau Nico gak ada sama Meme. Tapi Nico akan selalu ada sama Meme, dimanapun kamu berada. Tuhan akan selalu melindungimu. Nico akan selalu ada disampingmu dan selalu menjagamu... Dan satu lagi aku menulis puisi di notebookmu, jangan lupa dibaca..
                Aku Cinta Meme.... I LOVE YOU Me...... J

                                                                                                                Ig. Yohanes Nico Chandra. G.
               
                Infeksi lambung? Sejak kapan Nico sakit? Air mataku mulai berjatuhan, aku menuju meja belajarku. Ku buka laci meja belajarku dan mencari notebookku. Ini dia notebookku. Aku membuka notebookku perhalaman. Nah ini dia tulisan tangan Nico...
                Ku harap saat membaca tulisan ini, Meme dalam keadaan sehat. Aku sayang kamu Me..
                                Telah banyak torehan
senyum dalam wajahmu
                                Mengalun indah dalam tiap waktu
Tiap detik ceriamu terlukis diwajahmu...
                                                Telah kau lukis ceria dalam setiap langkahku
                                                Kau balut luka dalam hatiku
                                                Kau warnai hariku dengan warna
                                                Seelok pelangi di senja hari...
                                Dinda...
                                Ku ingin kau selalu
                                Tersenyum dalam setiap lukamu...
                                Berharap kau dapat berdiri tegak
                                Dalam setiap langkahmu..
                                Dalam anganku, ku ingin kau tetap tegar...
                                                Dinda....
                                                Organku mulai marah padaku
                                                Organku tak ingin kita tetap bersama
                                                Organku terus meronta dalam tubuhku...
                               

Dinda...
                                Ketahuilah, aku amat sayang...
                                Kan ku lukis cintaku dalam hatimu
                                Dalam setiap waktu yang menelanku...
                                Kau akan tetap mengingatku...
                                               
Dinda....
                                                Waktuku telah habis...
                                                Tuhan hanya memberiku waktu sekejap untukku...
                                                Aku harus pergi...
                                                Mengembara ketempat yang sangat jauh...
                                Waktuku telah tiba Dinda...
                                Pastikan aku akan selalu menjagamu
                                Dalam setiap langkahmu
                                Aku akan selalu menjagamu...
                                Walau ku tak nampak bagimu...
                                                Dinda....
                                                Aku harus pergi...
                                                Dua malaikat telah menjemputku...
                                                Aku akan selalu bersamamu Dinda...
                                                Selamat tinggal Dindaku
                                                Tersayang...

                Entah bagaimana rasanya setelah membaca surat dan puisi itu, seperti disambar petir ribuan kali. Aku memeluk Angel, menangis di pelukannya. Sebenarnya apa yang terjadi?
                “Kenapa kayak gini Ngel? Kenapa Nico ninggalin aku secepat ini, Nico pergi untuk selama-lamanya. Dia ninggalin gue Ngel.” Isakku dipelukan Angel.
                “Nes.. udah ya jangan nangis lagi, kita serahkan semuanya kepada Tuhan Nes. Do’a kan Nico ya supaya dia tenang dan arwahnya diterima disisi Tuhan.” Katanya menenangkan ku.
                Aku mengangguk sambil aku memeluk erat tubuh Angel. Ya Tuhan jika memang ini yang terbaik dan ini merupakan jalan terbaik yang Engkau beri, aku menerima semua ini dengan ikhlas. Angel memberi tahu, ketika dia menulis surat itu sakit yang dirasa Nico semakin membuatnya tidak kuat menahan. Nico pun pinsan setelah membukus kado itu.  2 bulan setelah operasi dan dirawat disalah satu Rumah Sakit di Singapura. Kondisi Nico semakin memburuk. Dan satu minggu sebelum hari ini Nico mulai kritis, dan sempat koma. Tepat pada hari Rabu, 13 Januari 2010 Nico meninggal dengan tenang. Nico meninggal dengan memberikan senyum di wajahnya.
                “Kenapa gak bilang dari dulu Ngel???” tanyaku sambil menagis.
                “Nes, bukannya aku gak bilang sama kau, aku tau kamu sayang banget sama Nico. Aku gak mau kamu sakit, aku gak mau kamu sedih.”
                “Tapi Ngel....”
                Aku masih tetap menangis, seperti tidak percaya dengan semua ini. Tapi aku harus bisa menerimanya. Karena Tuhan punya rencana yang lain dibalik semua yang terjadi saat ini. Angel pun bilang, Nico terlihat cuek dan cerewet karena dia tidak mau melihatku menjadi sedih dan khawatir. Ig. Yohanes Nico Chandra G. Kini dia telah kembali di hadapan Tuhan. Aku tak kan pernah melupakanmu. I LOVE YOU too.
Hari ini tanggal 13 Januari 2011 hari dimana Nico telah tiada. Hanya ada cintamu dihatiku. Aku mengingat semua itu di balkon kamarku. Memakai jaket putih, cincin dan memeluk boneka beruang yang Nico berikan untukku. Ku tulis rangkaian kata dalam satu puisi dibalik tulisan tangan Nico, diiringi lagu kesukaannya “Nano-Sebatas Mimpi” dan “Avril Lavigne-When You’re Gone”.
Ignatius Yohanes Nico Chandra G.
Bersandar aku dalam lamunanku...
Bayangmu menghiasi seluruh angan kosongku
Aku tersenum kala aku mengingatmu...
Ku rindukan tiap genggam tanganmu
Ku rindukan tiap belai lembutmu
Rindu akan dekapanmu
Dan rindu akan kecupan sayangmu...
                Ku tulis tiap bait tentangmu...
                Bersama tangan yang hendak berkata
                “Aku mengenalmu”
                Ku tulis tiap lembut katamu
                Bersama mata yang hendak berkata
                “Aku merindukanmu”
Sebuah tulisan kecil yang berbicara tentangmu...
Tertuang diatas secarik kertas putih...
Inilah yang aku rasakan...
Dalam setiap detik ku sebut namamu..

---THE END---

Surat dan Puisi untuk Dinda

Posted by Unknown

Blogger templates

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.

About

I'm Lucky Winanda. Call me Kiky...
I'm from Kediri, East Java...

Followers

Followers

Daftar Blog Saya

Translate

Blogger templates

Copyright © Chan's Daily Notes -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan