Archive for Agustus 2014
Selasa, 26 Agustus 2014
Bagaimana kabarmu sekarang? Kata itu
yang terlintas dibenakku, ketika aku mulai mengingatnya. Mengingat setiap
canda, tawa, dan juga senyum itu. Aku mulai berada dalam lamunan panjangku.
Masa lalu bersamanya.
Awalnya aku kenal sama Nico, dari
sahabatku Angel. Nico adalah teman Angel dan sudah lama saling kenal. Saat itu
Angel banyak cerita tentang Nico, aku jadi penasaran sama Nico, siapa sih Nico?
Selang beberapa bulan Angel memberiku sebuah nomor handphone, yang dia bilang
nomor itu adalah nomor Nico. Kenapa dikasih ke aku? Angel bilang biar aku bisa
kenal sama Nico, dan siapa tau bisa jadian suatu hari nanti, candanya. Lalu aku
save nomornya.
Angel juga bilang kalau Nico sudah tau
aku, kok bisa? Ya bisa lah, dia tau fotoku dari Angel juga. Di ponsel Angel ada
beberapa fotoku yang memang sengaja aku save di sana. Setelah dia tau, dia
bilang ke Angel kalau Nico pengen kenal sebegai teman sama aku. Beberapa hari
setelah diberi nomor ponsel Nico oleh Angel, dia mulai mengirim pesan singkat
padaku. Menanyakan nama, dan ingin menjadi teman. Sudah hampir 1 tahun kita
saling kenal, hal itu membuat aku menjadi nyaman berteman dengannya, ada
sedikit rasa suka yang tersimpan dihatiku. Hanya sekedar suka sebagai teman. Namun,
seiring berjalannya waktu perasaan suka itu menjadi perasaan cinta.
Dan hampir 1 tahun itu juga, kami
memutuskan untuk bertemu di salah satu Mall di Kediri. Kami saling menyapa, dan
tak ketinggalan juga Angel ikut bersama kami. Setelah itu aku dan Nico menjadi
semakin dekat, kedekatanku dengan Nico membawaku dalam cerita cintaku.
Biib... biiib... biibb... saat itu
ponselku berbunyi, sebuah pesan darinya.
Nico:
Heeii...
aku pengen cepet-cepet pulang niih... terasa kangen banget sama kamu heheh
Lalu aku balas pesan itu.
Agnes :
Huuuuh.... tetep
aja ngegombal, raja gombal...
Nico :
Terserah
deh mau bilang gw raja gombal... yang penting gw kangen ma kamu.. sampai ketemu
disana ya Lumuuttt....
Aku pun tersenyum melihat pesan yang
ada di ponselku, sejujurnya aku juga kangen banget sama dia. Karena sudah dia
lama tidak pulang.
Eeehh.... lupa nih belum ngenalin
diriku, Aku Agnesia, biasa di panggil Agnes... pesan diatas itu dari temenku
namanya Nico. Yuuk lanjut baca ceritanya...
****
Treeettt..... teeeett...... teeettt
Bel sekolah berbunyi, tanda jam
sekolah telah usai. Ku kemasi buku-buku yang berantakan di atas mejaku.
Kemudian aku berjalan menyusuri koridor kelas menuju ke gerbang sekolah.
Tiba-tiba ada yang mengagetkanku dari belakang.
“Wooooyy..... sendirian aja niih?”
“Iiiihhh dasar Angel ... seneng banget
siih ngagetin aku.” Omelku.
“Hehe... sorry Nes, Emang aku sengaja
kok, peace. Eh tumben kamu pulang sendiri?”
“Lha emang biasanya kamu tau aku
pulang sama siapa?”
“Yaaa... gak sih Nes, tapi kayaknya
kamu ada yang jemput deh tu di depan gerbang.”
“Siapa? Bokap aku ya?
“Bukan deh Nes, dah pokoknya dia
ganteng deh, nyesel kalo gak pulang sama dia. Nes aku pulang duluan yah, Udah
di jemput soalnya. Bye...”
Aku melambaikan tanganku sebagai tanda
perpisahan, ehh tunggu deh Sii Ganteng? Siapa yang dimaksud Angel? Aku
mengangkat bahuku sendiri dan berjalan lagi menuju gerbang sekolah.
“DuuH... Kayaknya lemes banget, capek
ya?”
Aku berhenti sejenak, sepertinya aku
kenal suara itu. Seperti suara Nico, tapi apa mungkin? Lalu aku menengok ke
belakang, didepanku berdiri sosok laki-laki tinggi, kulit kuning langsat, dan
body tidak terlalu kurus.
“Nico? Ngapain disini? Kapan
pulangnya?”
Sederet pertanyaan ku lontarkan
padanya. Namun sebuah pukulan kecil yang mendarat dikepalaku. #plaak...
“Bodoh!! Aku disini nungguin kamu, mau
jemput kamu. Udah jauh-jauh datang, bukan disambut malah dikasih sederet
pertanyaan bodoh.”
“Iiih... Pertanyaan bodoh? Emang salah
ya tanya gitu, kan pengen tau?”
“Udaah, jangan banyak tanya. Ayo
sekarang ikut aku.”
“Kemana?” tanyaku.
“Dasar Cebol... Udah ayo buruan naik.”
Kemudian aku naik dimotornya, diapun
menyalakan Tigernya yang gagah. Si Tiger melaju dengan cepat, di tengah
perjalanan mencul sederet pertanyaan di benakku.
Kapan
dia pulang? Tiba-tiba nongol, gak kasih kabar. Terus langsung ngajak pergi gitu
aja, emang mau kemana sih? Kok buru-buru amat. Omelku dalam hati. Tiba
disuatu tempat yang terasa asing bagiku. Ini
dimana?
“Udah sampai, cepat turun. Kasihan
motorku kalau lama-lama kamu naikin.”
“Uuuh gitu banget siih, ya udah aku
pulang aja.”
“Eeeiiittss.... Mau kemana nona
pendek?” tanyanya sambil menarik jaketku.
Apa?? Dia panggil aku pendek??? Kata-kata
yang sangat aku benci, yaa walaupun sebenarnya aku memang pendek, hehe. Dia
menarik tanganku, dan mengajakku duduk di kursi sebelah danau.
“Waahh Danau...pemandangan yang indah,
sejuk pula. Tumben ngajak ke danau, mau ngapain?” tanyaku.
“Mau renang.” Jawabnya singkat.
“Serius Ko? Bukannya malah enak
dikolam renang yah Ko?”
#PLAAKKK.... pukulan itu mendarat lagi
dikepalaku. Aku mengernyitkan dahiku.
“Duhh..punya temen, bodohnya tetep aja
dipelihara. Bodoh kok gak hilang-hilang siih? Siapa juga yang mau renang,
suasana romantis gini kok malah mau renang Me.”
Ini yang belum aku ceritakan, kami
berdua punya nama untuk memanggil salah satu diantara kami. Dia panggil aku
Lumut atau Meme, sedangkan aku panggil dia Semut atau Koko. Kembali kecerita
lagi....
Suasana
romantis apa? Apanya yang romantis? Lalu buat apa dia mengajakku kesini? Beribu
pertanyaan menyerang pikiranku. Keheningan merubah suasana yang riuh oleh canda
kami, kurasakan suasana yang berbeda disini. Sejuk dan Romantis, tidak salah
juga sih apa yang dia bilang.
“Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu
Me.” Katanya memecah keheningan.
“Mau ngomong apa Ko? Kok kayaknya
serius banget, ada yang penting ya? Sampai ngajak kesini.”
“Kalau dibilang penting, ya penting
banget.” Jelasnya singkat.
Keheningan terjadi lagi. Hanya suara
burung yang mengiringi keheningan di antara kami. Aku pun terdiam, memandangi
sekitar danau dimana kami berada sekarang.
“Me, kalau boleh jujur udah lama aku
suka kamu Me. Mau kan Meme jadi cewekku?”
Deg!!! Aku kaget, jantungku berdetak
cepat. Sosok laki-laki yang terlihat cuek, super bawel ini bisa menyatakan
perasaannya padaku secepat ini. Aku masih terdiam, rasa bingung, kaget,
canggung semua memenuhi benakku. Apa yang
harus aku katakan? Jawaban apa yang harus aku lontarkan? Kebingungan terus
berada di benakku.
“Gak perlu di jawab sekarang kok Me, mungkin
Meme bingung dengan apa yang aku bilang barusan.”
Aaaahh.. Aku semakin bingung. Aku
harus jawab apa? Ya Tuhan, beri aku petunjuk-Mu. Dengan gemetar, aku mulai
membuka mulutku. Memberi kata-kata sebaik mungkin.
“Ehhmm... Ko, itu... eh anuu.” Aku bingung,
menggaruk-garuk kepalaku.
“Ada apa Me?”
Dengan pelan-pelan aku mulai
memberikan sebuah jawaban padanya.
“Yaah.. akuu... eemm akuu.. Aaah iyaa
aku juga suka sama Koko.” Jawaban terbaik yang aku katakan padanya.
“Really? Beneran apa yang kau bilang
barusan Me?”
“Iya Ko, aku beneran.” Kataku sambil
tersenyum.
Ditariknya tanganku, dipeluknya
tubuhku. Aku hanya diam, dan membalas pelukannya. Kurasakan pelukan yang nyaman
darinya. Tiba-tiba dia mencium keningku, nyaman dan suasana menjadi romantis.
Lalu biiibbb... biiibb...bbiiib, ponselku berbunyi. Siapa lagi yang SMS? Langsung kucari ponselku dan membaca pesan
yang tertulis dilayar ponselku. Pesan dari Angel, ada apa ya?
Angel
:
Agggnneeesss.....
kamu ada dimana? Aku ada dirumah kamu ni sekarang, lama amat sih keluar
rumahnya...
Ku tekan
replay..
Agnes :
Sooorrryyy
Ngel.. nih aku keluar ama Nico, hehe. Iya bentar lagi aku pulang kok, tunggu
bentar yah....
Ku klik
“OPTION” lalu “SEND”. Berees..!!!
“SMS dari
siapa Me?” tanyanya.
“Ooh ini dari
Angel Ko, dia ada dirumahku sekarang.”
“Ya sudah,
ayo pulang. Kasihan dia nunggu sendiri dirumah.”
“OK.. lagian
ini juga sudah sore Ko.”
Kami pun
pulang membawa suatu hal yang sangat istimewa bagi kami. Terima kasih Tuhan,
atas semua anugerah yang Kau beri padaku hari ini. Amin.
****
Singkatnya sudah hampir setahun aku
dan Nico jadian, cukup lama juga. Dan itu membuatku semakin lebih mengenal
kepribadiannya. Orang yang dulu ku anggap cerewet dan cuek, ternyata mempunyai
rasa sayang dalam setiap kata dan perasaannya. Ku ambil ponselku dan mengetik
sebuah pesan untuknya.
Agnes
:
Ko,
lagi dimana sekarang? Ada latihan basket yah? Eehmm jangan lupa makan juga yah
Cemot... miss you Ko...
Klik option,
lalu send. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 16.00. Lama ku menunggu
balasan pesan darinya, tetapi tidak ada satupun balasan pesan darinya. Kemana sih dia? Apa mungkin dia sibuk? Atau
lagi ke Gereja? Perasaan khawatir mulai menyelimuti benakku.
Dan kini,
sudah seminggu lebih dia tidak memberi kabar padaku. Aku benar-benar cemas dan
bingung. Apa yang terjadi dengannya? Dimanakah dia? Apakah dia baik-baik saja?
Aku berangkat sekolah dengan pikiran yang kacau. Dalam belajar disekolahpun aku
tidak bisa konsenterasi, tiap kali pun aku ditegur sama Guru. Heeiii Ko, kamu dimana? Pertanyaan itu
terus ada dibenakku. Angel yang duduk disebelahku terus-menerut melihat ke arahku.
“Kamu kenapa
sih Nes? Kok dari tadi ngelamun mulu, gak konsent belajar pula. Emang ada
masalah apa sih?”
“Haah.... Aku
gak tau Ngel, udah semingu lebih Nico gak ngasih kabar, Handphonenya juga gak
aktif. Aku takut kalau dia kenapa-kenapa Ngel.”
“Maksud kamu
dia sakit gitu?”
“Iya Ngel..
aku takut banget.”
“Udah dong
Nes, jangan khawatir. Mungkin aja dia masih sibuk, atau ada kegiatan basket. Ya
kita berdoa aja semoga gak terjadi apa-apa sama Nico ya..”
Aku
mengangguk pelan. Aku mencoba tenang, dan selalu berdoa.
Trreeetttt.... teeett.... teeeeetttttt
Bel pulang sekolah berbunyi, aku
pulang sekolah dengan mengendarai maticku. Setibanya dirumah, aku masuk
kekamarku untuk melepas lelah. Ku letakkan tas diatas meja belajar, ku
baringkan tubuhku diatas tempat tidur. Biiib...biiibb....biibbb.... Ponselku
berbunyi, aku harap itu dari Nico yang sudah 2 minggu ini dia menghilang.
Kulihat layar ponselku. Dari Nico??? Aku melonjak dari tempat tidur, dan
langsung kubuka pesan itu.
Nico
:
Meme....
aku kangeen.... maaf aku gak pernah ngasih kabar selama 2 minggu ini, bukannya
aku gak sayang sama kamu Me, tapi aku harus keluar kota untuk kagiatan basket.
Dan aku gak pernah lupa dengan apa yang Meme pesan sama aku, besok aku akan
pulang tunggu aku ya Luummuuttt..... I LOVE YOU....
Dasar Koko,
Puji Tuhan kalau dia baik-baik saja. Ku balas pesannya.
Agnes :
Aaaaaahhhhhh.......
cepet pullaang... Cuma itu yang Meme pengen.
Ku kirim
pesan itu. Kulihat jam dinding, eemm sudah menunjukkan pukul 22.00, ku tarik
selimut dan tak lupa aku berdoa. Dan waktunya tidur.
****
Pagi ini
mentari bersinar cerah, memberikan cahayanya pada bumi, udaranya sejuk,
ditambah kicauan burung yang membangunkanku dari lelapnya tidur. Hari ini, hari
Minggu. Bangun pukul 07.00, bersih-bersih rumah dan nyuci baju. Kebetulah baju
kotornya numpuk 1bak besar. Capeek.. selesai bersih-bersih pukul 08.00.
Biibb.... Biiibb... biiiibbbb.. lagi-lagi ponselku berbunyi, dari Nico.
Nico :
Aku
sudah sampek rumah, buruan mandi. Nanti jam 10.00 aku jemput dirumah kamu. OK.
Agnes :
Siiiaaapp Ko,
aku tunggu yaah...
Sehabis
mandi, ku dengar suara sepeda motor memasuki halaman rumah. Suara motor yang tidak
asing lagi ditelingaku. Yaaa benar sekali, itu suara motornya Nico. Kuberjalan
kedepan rumah dan membuka pintu gerbangku.
“Cepet
naik... aku udah gak ada waktu lagi.” Katanya
“Kemana?”
“Udah buruan naik, ikut aku sekarang.”
Langsung dia putar balik motornya.
Tigernya melaju dengan cepat. Selalu saja datang dengan tiba-tiba, dan mengajak
pergi begitu saja. Seketika sampai juga di tempat yang dulu pernah kami
kunjungi bersama. Yuups.... benar sekali tempat itu Danau. Aku duduk ditempat
dimana kita duduk bersama seperti dahulu. Diapun duduk bersandar disebelahku.
Kulihat wajahnya yang tampak pucat.
“Koko sakit?”
Kutempelkan
punggung telapak tanganku kedahinya.
“Kok panas
banget sih Ko? Ayo kita periksa kedokter.” Ajakku.
“Heeii cebol,
aku gak apa-apa kok, aku Cuma capek aja.”
“Bodoh!!! Ini
bukan kecapekan, tapi sakit Ko.” Omelku.
“Sssttt....
mungkin jika aku bersamamu hari ini, aku akan sembuh.” Ujarnya.
Lalu dia
menyandar dipundakku. Sejenak suasanya menjadi hening.
“ Me, aku
sayang banget sama kamu, aku gak pengen jauh dari Meme, aku pengen selalu ada
sama Meme, dimanapun Meme berada.”
“Mulai deh
ngegombal.” Timpalku.
Nico hanya
tersenyum, entah mengapa hari ini dia terlihat sedih. Tetesan air mata mulai
jatuh dari matanya.
“Heeii... kok
nangis? Ada apa Ko, apa ada masalah?”
“Eh, hehe gak
kok Me, Cuma kena debu aja kok.” Elaknya.
“Dasar aneh!!
Tiba-tiba nangis.”
“Aku hanya
ingin hari ini bersamamu.”
Dia memelukku
erat, dan menangis. Aku semakin bingung, ada apa dengan dia? Tak biasanya dia
seperti ini. What happen? Aku mencoba menenangkannya dengan kasih sayangku. Dia
mulai berbicara.
“Aku gak mau
jauh dari kamu.”
Aku hanya diam, dan mendengarkan apa yang dia ucapkan
padaku.
“Aku pengen
jaga Meme, tapi aku gak bisa. Aku pengen bermain sama Meme dan Angel. Tapi aku
gak mau jauh dari Meme, aku pengen slalu sama kamu.” Rengeknya.
Aku semakin
tidak mengerti apa yang dia maksud. Pergi? Jauh? Emang dia mau kemana? Kenapa
dia jadi sesedih ini jika dia mau mengikuti pertandingan basket? Pikiranku jadi
tidak karuan.
“Koko ini
ngomong apa? Meme gak ngerti.”
“Aku gak akan
lama disini Me, aku harus pergi, tapi aku gak mau jauh dari kamu. Aku pengen
selalu sama kamu.”
“Emang Koko
mau kemana?” Aku makin bingung.
“Aku harus ke
Singapura Me.”
Apa? Singapura?
Buat apa dia kesana?
“Ada urusan
apa, sampai keluar negeri segala? Apa ada pertandingan basket?
“Bukan Me,
tapi ada urusan pribadi dikit yang gak bisa aku ceritakan sama kamu.” Katanya
sambil melepas pelukannya padaku.
“Eeemm Me,
boleh gak aku pinjam buku kamu?”
Aku
mengangguk dan segera mengambil notebook didalam tasku. Lalu ku berikan sama
dia.
“Aku tinggal
bentar yah, tapi jangan kemana-mana. Tunggu aku disini.”
Aku
mengangguk lagi. Dia segera meninggalkanku duduk sendiri. Kulihat dia mulai
membuka lembar demi lembar notebookku. Kuperhatikan apa yang dia lakukan. Entah
apa yang dia tulis disitu. Dia terlihat sedih dan dia menangis. Kata demi kata
dia tulis, mulai menggoreskan tinta bolpoin di atas kertas. Selesai menulis,
dia beranjak dari duduknya, dia jalan dan kembali duduk disampingku. Wajahnya
masih terlihat sedih, dan pucat. Kenapa
dia? Nico kembali dan tersenyum. Senyum yang berat, tidak seperti yang
biasa aku lihat. Nico mengajakku pulang dengan senyum kecil menghiasi wajahnya.
****
3 minggu
setelah kejadian di danau itu,malam hari saat aku mau tidur, aku baru
mendapatkan pesan dari Nico. Lalu kubuka pesan singkat itu.
Nico :
Me... besok pagi
aku mau mampir kerumah kamu, sebelum aku berangkat ke Bandara. Ada sesuatu yang
mau aku kasih sebelum aku pergi.
Agnes :
Iya Ko.. besok
aku tunggu dirumah.
Dan keesokan
harinya Nico datang bersama kakaknya Kak Fesia. Kupersilahkan mereka masuk
kerumah.
“Silahkan
masuk Ci.” Ajakku.
“Iya, makasih
Me. Kok sepi, keluarga pada kemana?” tanyanya.
“Kebetulan
mereka lagi pada keluar rumah Ci, Koko udah siap kebandara?”
“Siap gak
siap harus pergi juga tau.”
Huuuh...
sikap cueknya tetep aja gak berubah.
“Kemarin aku
bilang mau ngasih sesuatu kan, sebelum aku berangkat kebandara? Nih ada kado
buat kamu.” Memberikan kotak besar berwarna biru kepadaku.
“Apa ini?”
hendak ku buka.
“Eehh...
eeh.. jangan dibuka dulu. Inget ya ada perintah buat buka kado itu. Karna itu
spesial.”
“Mau buka
kotak ini pake perintah juga? Kaya petinggi kerajaan aja.” Omelku.
“Cerewet!!!
Pesannya jangan dibuka dulu, sebelum Ciciku yang ngasih perintah buat dibuka,
ngerti Cebol?”
Aku melihat
kearah kakaknya dan Kak Fesia hanya tersenyum. Dasar nico aneh!!! Batinku.
“Okelah akan
aku inget.” Kataku.
“Ya udah, aku
sama Cici mau berangkat ke bandara. Pesawatnya udah mau berangkat.” Pamitnya.
Lalu aku
antar mereka sampai ke pintu gerbang rumah, dan Nico membisikkan sesuatu untuk
yang terakhir kali sebelum dia menuju bandara.
“Jangan
kangen sama aku, inget aku akan selalu ada dengan kamu. Kalau kangen ada
sesuatu dikotak itu yang bisa ngobatin rasa kangen kamu sama aku. Aku cinta
kamu selamanya. Aku cinta Lumut Ijo.” Kata Nico sambil tersenyum.
“Dasar
gombal..”
Ku pukul
pundaknya, Nicopun hanya tertawa. Dia masuk ke mobil dan melambaikan tangannya
padaku. Ku balas dengan melambaikan tanganku juga. Lalu mobil itu langsung pergi
meninggalkan rumahku.
****
2 bulan
setelah dia pergi ke Singapura rasanya sepi, gak ada yang ngegombal, gak ada
tawanya, senyumnya semuanya hilang. Aku mulai penasaran dengan kado yang
diberikan Nico padaku. Apa sih isi kado
itu? Kenapa harus pake perintah segala buat buka kado itu? Nico aneh deh, kaya
pesan terakhir aja. Kapan ya Kak Fesia ngasih kabar atau hanya sekedar memberi
tahu kalau kotak itu sudah boleh aku buka. Batinku.
Tanggal 17
Januari 2010, tepat satu tahun aku jadian sama Nico. Walaupun dia jauh, aku
tetap bahagia hari ini.
“Pagi-pagi
udah senyam-senyum sendiri, kenapa?” tanya Angel yang saat itu main kerumahku.
“Ehhmm... gak
ada apa-apa, cuman lagi seneng aja Ngel.”
“Seneng
kenapa? Apa menang lotre di supermarket kemarin? Haha.”
“Enak aja,
emang kemarin kita ikutan lotre disana? Enggak kan?”
Biiibbb...
biiib... biiib... bunyi ponsel tetep biib biib aja nih, kok gak diganti-ganti
ya? Hehe namanya juga ponsel jadul, masih tetep nada pesan singkat masuk. Dari
siapa ya? Ku lihat layar ponselku. Nico???? Apa dia sudah pulang dari
Singapura?
“Dari siapa
Nes?” tanya Angel.
“Ngel, pesan
dari Nico. Apa Nico udah pulang ya dari Singapura?”
Angel hanya
terdiam.
“Coba dibuka,
siapa tau penting.” Jawabnya sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
Aku
mengangguk cepat, dan kubuka pesan itu.
Nico :
Dek, maaf ya
baru ngasih kabar. Apa kabar dek? Ini Kak Fesia, maaf kakak pake nomornya Nico.
Kakak mau ngsih tau tentang pesan dari Nico dulu, sekarang kadonya boleh
dibuka. Karena waktunya juga udah tepat buat buka kdo itu. Maaf Cici baru
ngasih tau ya dek. Terima kasih.
Sontak ku
letakkan ponselku, dan aku berlari menuju meja belajarku. Ku ambil kotak biru
itu dan kembali ke tempat tidur.
“Kado apa itu
Nes?” tanya Angel.
“Kado dari
Nico.”
“Dari Nico?”
tanyanya heran.
Lalu ku buka
kado itu, isinya Jaket Putih, boneka beruang biru,cincin dan selembar kertas.
Selembar kertas? Apa isinya? Ku buka selembar kertas itu dan mulai aku
membacanya.
Dear : Meme yang aku Sayang....
Maafkan aku, jika
selama ini aku sering membuatmu marah, sedih atau apapun karena sikapku. Dan
maaf selama 2-minggu itu aku gak ngasih kabar ke Meme tentang keadaanku. Itu
karena aku gak mau Meme sedih.
Happy Aniversary
sayang.... tepat di tanggal 17 Januari 2010 ini kita jadian selama 1 tahun.
Hehe gak terasa sudah 1 tahun ya, aku senang bisa mengenalmu lebih dekat.
Mendapat kasih sayang dan sebuah cinta yang tulus darimu. Maaf ya Sayang, pada
hari ini aku tidak ada bersamamu... Tapi, aku tetep sayang sama Meme sampai
kapanpun...
Me... 2 minggu
yang lalu aku sempat masuk rumah sakit, karena aku sakit Infeksi Lambung. Maaf
kalau aku bohong ada kegiatan basket waktu itu, aku sengaja gak cerita kalau
aku punya sakit ini. Aku gak mau melihat Meme sedih karena keadaanku. Sempat
aku down banget waktu pergi kedanau untuk ke-2 kalinya bersamamu.
Aku menangis
dalam pelukanmu, karena aku menahan rasa sakit itu, aku gak mau jauh dari Meme,
dan aku juga gak mau ninggalin Meme. Aku sedih harus meninggalkan Meme sendiri
disini. Masalah ke Singapura itu, maaf Me aku bohong sama Meme dan gak cerita
lagi sama Meme. Aku disana operasi lambung me, rasa sakit ini terus aku tahan.
Aku gak mau menjadi lemah, dan aku gak mau mengalah sama keadaanku ini. Aku
harus kuat kan Me?
Mungkin saat Meme
membaca surat ini, aku sudah tidak bisa melihat Meme lagi. Aku sudah pergi dari
Meme, meninggalkan Meme sendiri. Dan aku gak akan bisa bersama Meme lagi.
Ini ada boneka
beruang biru dan Jaket putih kesayanganku untuk Meme, buat ngobatin rasa kangen
Meme sama aku. Dan pakai juga cincin ini, cincin sebagai simbol Cintaku sama
Meme. Me... untuk kesekian kalinya, aku minta maaf sama Meme, karena aku tidak
bisa bersamamu...
Aku harus pergi
sekarang, 2 orang telah menjemputku. Pesanku jangan sedih ya kalau Nico gak ada
sama Meme. Tapi Nico akan selalu ada sama Meme, dimanapun kamu berada. Tuhan
akan selalu melindungimu. Nico akan selalu ada disampingmu dan selalu
menjagamu... Dan satu lagi aku menulis puisi di notebookmu, jangan lupa
dibaca..
Aku
Cinta Meme.... I LOVE YOU Me...... J
Ig.
Yohanes Nico Chandra. G.
Infeksi
lambung? Sejak kapan Nico sakit? Air mataku mulai berjatuhan, aku menuju meja
belajarku. Ku buka laci meja belajarku dan mencari notebookku. Ini dia
notebookku. Aku membuka notebookku perhalaman. Nah ini dia tulisan tangan
Nico...
Ku harap saat membaca tulisan ini, Meme dalam keadaan sehat. Aku
sayang kamu Me..
Telah
banyak torehan
senyum dalam wajahmu
Mengalun
indah dalam tiap waktu
Tiap detik ceriamu terlukis diwajahmu...
Telah
kau lukis ceria dalam setiap langkahku
Kau
balut luka dalam hatiku
Kau
warnai hariku dengan warna
Seelok
pelangi di senja hari...
Dinda...
Ku
ingin kau selalu
Tersenyum
dalam setiap lukamu...
Berharap
kau dapat berdiri tegak
Dalam
setiap langkahmu..
Dalam
anganku, ku ingin kau tetap tegar...
Dinda....
Organku
mulai marah padaku
Organku
tak ingin kita tetap bersama
Organku
terus meronta dalam tubuhku...
Dinda...
Ketahuilah,
aku amat sayang...
Kan
ku lukis cintaku dalam hatimu
Dalam
setiap waktu yang menelanku...
Kau
akan tetap mengingatku...
Dinda....
Waktuku
telah habis...
Tuhan
hanya memberiku waktu sekejap untukku...
Aku
harus pergi...
Mengembara
ketempat yang sangat jauh...
Waktuku
telah tiba Dinda...
Pastikan
aku akan selalu menjagamu
Dalam
setiap langkahmu
Aku
akan selalu menjagamu...
Walau
ku tak nampak bagimu...
Dinda....
Aku
harus pergi...
Dua
malaikat telah menjemputku...
Aku
akan selalu bersamamu Dinda...
Selamat
tinggal Dindaku
Tersayang...
Entah
bagaimana rasanya setelah membaca surat dan puisi itu, seperti disambar petir
ribuan kali. Aku memeluk Angel, menangis di pelukannya. Sebenarnya apa yang
terjadi?
“Kenapa kayak
gini Ngel? Kenapa Nico ninggalin aku secepat ini, Nico pergi untuk
selama-lamanya. Dia ninggalin gue Ngel.” Isakku dipelukan Angel.
“Nes.. udah
ya jangan nangis lagi, kita serahkan semuanya kepada Tuhan Nes. Do’a kan Nico
ya supaya dia tenang dan arwahnya diterima disisi Tuhan.” Katanya menenangkan
ku.
Aku
mengangguk sambil aku memeluk erat tubuh Angel. Ya Tuhan jika memang ini yang
terbaik dan ini merupakan jalan terbaik yang Engkau beri, aku menerima semua
ini dengan ikhlas. Angel memberi tahu, ketika dia menulis surat itu sakit yang
dirasa Nico semakin membuatnya tidak kuat menahan. Nico pun pinsan setelah
membukus kado itu. 2 bulan setelah
operasi dan dirawat disalah satu Rumah Sakit di Singapura. Kondisi Nico semakin
memburuk. Dan satu minggu sebelum hari ini Nico mulai kritis, dan sempat koma. Tepat
pada hari Rabu, 13 Januari 2010 Nico meninggal dengan tenang. Nico meninggal
dengan memberikan senyum di wajahnya.
“Kenapa gak
bilang dari dulu Ngel???” tanyaku sambil menagis.
“Nes,
bukannya aku gak bilang sama kau, aku tau kamu sayang banget sama Nico. Aku gak
mau kamu sakit, aku gak mau kamu sedih.”
“Tapi
Ngel....”
Aku masih
tetap menangis, seperti tidak percaya dengan semua ini. Tapi aku harus bisa
menerimanya. Karena Tuhan punya rencana yang lain dibalik semua yang terjadi
saat ini. Angel pun bilang, Nico terlihat cuek dan cerewet karena dia tidak mau
melihatku menjadi sedih dan khawatir. Ig. Yohanes Nico Chandra G. Kini dia
telah kembali di hadapan Tuhan. Aku tak kan pernah melupakanmu. I LOVE YOU too.
Hari ini tanggal 13 Januari 2011 hari
dimana Nico telah tiada. Hanya ada cintamu dihatiku. Aku mengingat semua itu di
balkon kamarku. Memakai jaket putih, cincin dan memeluk boneka beruang yang
Nico berikan untukku. Ku tulis rangkaian kata dalam satu puisi dibalik tulisan
tangan Nico, diiringi lagu kesukaannya “Nano-Sebatas Mimpi” dan “Avril
Lavigne-When You’re Gone”.
Ignatius Yohanes
Nico Chandra G.
Bersandar aku dalam lamunanku...
Bayangmu menghiasi seluruh angan kosongku
Aku tersenum kala aku mengingatmu...
Ku rindukan tiap
genggam tanganmu
Ku rindukan tiap
belai lembutmu
Rindu akan
dekapanmu
Dan rindu akan
kecupan sayangmu...
Ku tulis tiap bait tentangmu...
Bersama tangan yang hendak berkata
“Aku mengenalmu”
Ku tulis tiap lembut katamu
Bersama mata yang hendak berkata
“Aku merindukanmu”
Sebuah tulisan
kecil yang berbicara tentangmu...
Tertuang diatas
secarik kertas putih...
Inilah yang aku
rasakan...
Dalam setiap
detik ku sebut namamu..
---THE
END---